JawaPos.com – Pemerintah dan industri global mendorong peningkatan pembiayaan berkelanjutan dan ekonomi hijau. Isu tersebut juga dibahas dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Bank Sentral G20 pekan lalu di Bali.
Bank Mandiri mendukung transisi ekonomi hijau. Pada kuartal I 2022, bank berlogo pita emas itu menyalurkan pembiayaan berkelanjutan sebesar Rp 209,8 triliun atau 24,9 persen dari total kredit. Sedangkan, pada pembiayaan ekonomi hijau sebanyak Rp 96,8 triliun.
“Selaras dengan POJK 51/2017, Roadmap NDC dan NZE (Nationally Determined Contribution/Net Zero Emission) Indonesia, serta framework ESG (Environmental, Social, and Governance) yang mengacu pada best practices,” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, Rabu (20/7).
Dia berharap perseroan dapat menjadi pemimpin pasar pembiayaan berkelanjutan di Indonesia. Untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) di 2030 dan Net Zero Emission (NZE) di 2060, kebutuhan pembiayaan hijau mencapai USD 281 miliar atau sekitar Rp 4.206,570 triliun. Terkait kebutuhan itu, Bank Mandiri menargetkan mampu berkontribusi sebesar 21 persen-23 persen terhadap porsi pembiayaan hijau nasional.
Salah satu upaya yang dilakukan yaitu menerapkan strategi konversi brown sector to green sector secara bertahap. Melalui penyusunan skema pembiayaan hijau kepada perusahaan yang memiliki timeline transisi lower carbon emission sesuai Roadmap Transisi Energi Nasional.
Darmawan meyakini ekonomi hijau akan meningkatkan investasi baru dan pembiayaan ke energi terbarukan. Kunci utamanya adalah kolaborasi dari seluruh pihak. Mulai dari pemerintah, regulator, industri keuangan, masyarakat, dan stakeholder terkait. Dengan demikian, diharapkan dapat mengembangkan ekosistem pembiayaan hijau sesuai best practices dan mendukung transisi energi yang affordable bagi sektor riil, institusi keuangan, serta investor.
Dalam dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Bank Sentral G20, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung menyebut, Indonesia akan rugi jika tak segera menerapkan ekonomi hijau. Salah satunya terhadap stabilitas moneter. Sebab, pertumbuhan ekonomi kerap dicapai tanpa memerhatikan aspek dampak lingkungan. Padahal, lingkungan yang rusak justru merugikan masyarakat ekonomi bawah.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Credit: Source link