Wapres ke Gresik, Berputar Cari Jalan Keluar Usaha Sarang Burung Walet

Wapres ke Gresik, Berputar Cari Jalan Keluar Usaha Sarang Burung Walet

JawaPos.com- Usaha perdagangan sarang burung walet (SBW) tak lagi secuan atau seuntung dulu. Dalam beberapa tahun terakhir, nasibnya bak pepatah: hidup segan, mati tak mau. Termasuk di Gresik. Potensi usaha SBW disebut-sebut sangat besar. Bahkan, oleh Presiden Joko Widodo. Menghasilkan devisa triliunan rupiah. Namun, beragam persoalan tengah membelit.

Sejatinya, beragam persoalan itu sudah berkali-kali dikemukakan para pelaku usaha SBW. Dari mulai sejumlah tokoh, kepala daerah, gubernur hingga sejumlah menteri. Berkali-kali pula mengemuka di media massa. Toh, hingga kini belum menemukan solusi untuk mereka. Jalan panjang dan masih memutar-mutar.

Jumat (30/9), para pelaku usaha SBW giliran menyampaikan aspirasi ke Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin. Bahkan, orang nomor dua di RI itu juga langsung meninjau ke salah satu tempat usaha SBW. Yakni, di Desa Golokan, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Dalam kesempatan itu, Wapres juga menyebut bahwa industri SBW memiliki potensi yang cukup besar. Karena itu, dia mengharapkan para pelaku SBW agar dapat mengembangkannya dengan baik. Dengan begitu, membawa manfaat dan maslahat bagi masyarakat.

“Pemerintah punya perhatian untuk memajukan perwaletan, baik dalam arti pengelolaan, pengolahan, maupun dalam arti pemasaran. Ini komitmen pemerintah,” tegas KH Ma’ruf Amin seperti dilansir dari laman resmi wapres.go.id

Wapres menuturkan, industri SBW memiliki pasar yang luas. Bahkan hingga ke luar negeri seperti Tiongkok. Namun, sayangnya, untuk dapat masuk ke Tiongkok saat ini syaratnya cukup rumit. Sulit ditembus para eksportir. “Saya tanya apakah karena khasiatnya berbeda, ternyata bukan soal khasiat. Tetapi, soal bentuk. Yang anehnya (ekspor) tidak bisa lewat negara lain, tetapi harus lewat Hong Kong, jadi harganya lebih rendah,” ungkapnya.

Untuk itu, lanjut Wapres, pihaknya meminta kepada para pelaku industri SBW agar menginventarisasi masalah-masalah hambatan ekspor yang ada secara detail. Lalu, segera menyampaikannya kepada pemerintah. “Kita akan mencoba mencari jalan bagaimana agar bisa menembus (pasar Tiongkok). Dahulu bisa, tetapi belakangan tidak bisa (lagi),” ungkapnya.

Sembari mencari jalan keluar, tutur Wapres, pemerintah pun saat ini juga akan terus memperbaiki pengelolaan industri SBW. “Yang penting pemerintah punya kemajuan dalam pengelolaannya dan kendala-kendala akan kita carikan jalan keluarnya,” paparnya.

Untuk menyelesaikan segala permasalahan teknis terkait industri SBW, sambung Wapres, pihaknya akan segera mengoordinasikanya dengan kementerian atau lembaga dan pihak terkait lainnya.

“Hal-hal yang masih menjadi kesulitan teknis, kita usahakan bersama. Saya nanti dengan Kementerian Pertanian dan pihak terkait, akan kami bicarakan. Saya berterima kasih, saya bisa tahu dan saya bisa melihat (masalahnya) di sini,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Wapres juga memberikan apresiasi kepada para pelaku industri SBW. Meski pengelolaanya tidak mudah, namun dapat menghasilkan produk yang berkualitas.

“Saya senang karena saya bisa melihat pengolahannya tadi, (ternyata) sulit sekali. Katanya harus dilakukan pelatihan-pelatihan, sehingga mereka (pekerja) bisa (mengolahnya),” tuturnya.

Dia juga mengharapkan para generasi muda yang berusia produktif agar memiliki keahlian di segala bidang. Termasuk kemampuan mengelola dan memanfaatkan potensi SBW. “Kita memang ingin menguasai semua hal, perwaletan, apa saja,’’ ucap mantan ketua umum MUI Pusat itu.

Karena itu, pemerintah juga terus berupaya melakukan progam skilling, re-skilling, dan up-skilling. ’’Jadi supaya SDM kita mempunyai keahlian-keahlian dan kita bisa memanfaatkan segala potensi yang oleh Allah SWT berikan kepada kita, termasuk walet itu,” pungkasnya.

Selain distribusi ekspor, informasi yang dihimpun Jawa Pos, beberapa problem yang membelit usaha SBW adalah masalah birokrasi dan tumpang tindih antar peraturan di kementerian. Misalnya, peraturan menteri pertanian, menteri perdagangan, dan keputusan balai karantina, dan stakehoder lainnya.

Selain itu, masalah harga. Sama dengan komiditas lain, harga SBW juga tidak stabil. Terkadang tinggi, namun juga kerap anjlok. Penertiban oleh aparat juga pernah dikeluhkan.

Lalu, keberlangsungan hidup burung walet juga menjadi persoalan tidak kalah serius. Banyak polusi pabrik hingga penggunaan pestisida di banyak lahan sawah atau perkebunan, belakangan membuat walet mati.

Jika tidak ada jalan keluar, bukan tidak mungkin hidup burung walet tinggal menunggu waktu. Terancam punah.  Padahal, burung walet hanya ditemukan di Indonesia. Di negara lain tidak ada. Kalaupun ada, jumlahnya sangat kecil. Akankan kelak punah? Tunggu saja.


Credit: Source link

Related Articles