JawaPos.com – Ojek online (ojol) menjadi salah satu sumber pekerjaan utama yang menjadi tumpuan banyak orang pada masa pandemi. Hal ini diketahui berdasarkan hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang dilakukan pada Oktober 2022.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyatakan, hampir 60 persen pengemudi ojek online bergabung menjadi pengemudi di masa pandemi. Bahkan, mayoritas pengemudi ojol menjadikan sebagai pekerjaan utamanya.
“54 persen responden pengemudi ojol menjadikan status driver ojol sebagai pekerjaan utama,” kata Huda dalam keterangannya, Jumat (14/10).
Menurut Huda, fenomena tersebut tidak mengejutkan. Dia mengungkapkan, sektor transportasi, khususnya ojol saat ini menjadi salah satu pekerjaan yang banyak ditekuni oleh masyarakat di Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari jumlah ojol di Indonesia yang sangat besar, lebih dari 4 juta mitra driver.
Huda menyampaikan, tingginya minat masyarakat menekuni pekerjaan menjadi driver ojol tidak lain, karena juga tingginya kebutuhan terhadap jasa ojol. Tak dipungkiri, ojol sudah menjadi moda transportasi konsumen dari rumah menuju ke pusat-pusat aktivitas seperti kantor, pusat perbelanjaan, dan sekolah.
“Moda transportasi ini dianggap lebih praktis dan lebih cepat dibandingkan angkutan umum lainnya,” ucap Huda.
Hasil survei ini juga menunjukan, sebanyak 37,29 persen responden pengguna ojol menyatakan menggunakan ojol dikarenakan lebih praktis, dan 32 persen responden lainnya menyatakan menggunakan ojol karena lebih cepat.
Sebagian besar masyarakat memilih pekerjaan sebagai driver ojol dikarenakan dari sisi waktu, pekerjaan ini sangat fleksibel. Para mitra driver bisa menentukan waktu bekerja dan target pendapatan sendiri.
Namun, pada masa pandemi semakin mendorong para driver ojol untuk lebih aktif dan lebih lama beroperasi untuk menjaga tingkat pendapatannya yang harus tergerus oleh dampak pandemi.
“Kenyataannya banyak dari driver yang bekerja antara 8-12 jam. Jika durasi bekerja sudah selama itu, maka bisa disebut mitra driver sudah menjadikan ojol sebagai pekerjaan utama,” ungkap Huda.
Menurutnya, jika mayoritas yang di survei oleh Kemenhub adalah yang telah bergabung menjadi pengemudi ojol sebelum pandemi, tentu jumlah driver yang menyatakan telah menjadikan driver ojol sebagai pekerjaan utama tentu persentasenya akan lebih besar lagi.
“Dari survei kami di tahun 2019, atau sebelum pandemi, sebagian besar responden sudah menjadikan driver ojol sebagai pekerjaan utama, apalagi sekarang,” ungkap Huda.
Ia mengatakan, sektor ojol memang mampu menyerap tenaga kerja yang tidak terbatas. Bahkan, ketika pandemi Covid-19 melanda dan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), industri ojol mampu menyerap tenaga kerja dengan menawarkan kesempatan menjadi mitra driver.
“Saat pandemi, para mitra driver ini masih bisa memiliki pendapatan terutama pada jasa layanan antar makanan. Ini menjadi berkah tersendiri bagi para mitra driver di saat banyak perusahaan melakukan PHK,” papar Huda.
Industri ride hailing ini, lanjut Huda, juga memberikan dampak luas bagi masyarakat dan menjadi bantalan saat suasana ekonomi mulai sulit. Tidak hanya mitra driver yang bisa mendapatkan akses tetapi seluruh ekosistem yang ada di dalamnya juga menerima manfaat dari hadirnya industri ini. Para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terutama di bidang makanan maupun barang lain yang dijual melalui e-commerce juga terbantu dengan hadirnya industri ride-hailing.
“Ojol ini menciptakan efek ganda positif di industri lain yang menjadi penyelamat terutama saat pandemi, seperti membantu penjualan dari UMKM baik yang bergerak di bidang makanan maupun non-makanan. Ketika UMKM masuk ke layanan digital, ojol akan sangat dibutuhkan dalam hal layanan logistik online,” pungkas Huda.
Editor : Bintang Pradewo
Reporter : Muhammad Ridwan
Credit: Source link