JawaPos.com – Wismilak Foundation melalui Diplomat Succes Challange (DSC) sejak tahun 2010 berkomitmen untuk terus melahirkan para wirausahawan atau enterpreneur yang memiliki nilai 3P, yaitu paham, piawai dan memiliki persona sebagai pengusaha.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner & Program Founder DSC Surjanto Yasaputra kepada Jawapos.com dalam wawancara secara daring, pada Rabu (7/12).
Ia juga mengatakan, nilai 3P tersebut bahkan menjadi kunci penting bagi para peserta DSC untuk bisa menjadi juara. Terutama untuk bisa membawa pulang total hibah modal usaha sebesar Rp 2 Miliar.
“3P itu penilaian kunci yang kita lakukan untuk menilai peserta ini bisa menang atau engga, lalu bisa dapat modal usaha atau enggak. Kita juga tidak ingin kemudian (pemenang) diberi modal, tapi (bisnisnya) enggak jalan. Nah itu (3P) yang menjadi satu hal yang penting,” kata Surjanto.
Ia menjelaskan secara rinci arti dari 3P, pertama paham. Menurutnya, dalam hal ini bagaimana seorang enterpreneur itu harus paham dan tahu terkait pengetahuan penting bagi ide bisnisnya.
Seperti, paham mengatur keuangan, mempromosikan produk, menjual ide bisnis hingga mengetahui situasi pasar. Salah satunya memahami situasi pasar di saat sebelum dan sesudah pandemi Covid-19.
“Sebuah produk itukan sangat bergantung pada kondisi marketnya. Seperti situasi sebelum pandemi gimana, setelah pandemi gimana,” jelasnya.
Kedua, yaitu piawai atau memiliki skill meliputi kemampuan untuk melakukan presentasi dan memiliki jiwa kepemimpinan.
“Ketiga, persona atau atittude, seperti harus jujur, berani bertanggung jawab, tidak berbelit-belit atau tidak mbulet. Itu persona-persona yang harus dimiliki seorang pengusaha,” imbuhnya.
Tahapan peserta DSC
Sementara itu, ada sejumlah tahapan yang perlu dilalui peserta DSC sebelum akhirnya ditetapkan menjadi peserta terbaik atau best of the best. Setiap peserta wajib mendaftar dengan melampirkan proposal ide bisnis baik yang sudah berjalan ataupun belum.
Dalam hal ini, Surjanto mengatakan pihaknya tidak melakukan pembatasan terhadap peserta. Itu artinya, setiap wirausahawan baik yang sudah berpengalaman atau belum sangat diperbolehkan untuk mendaftar.
“Kita tidak membatasai peserta. Kami mewadahi mereka yang ingin menjadi enterpreuner, mereka yang punya ide tapi nggak punya modal itu juga enggak apa-apa. Nanti akan kita uji, selain ide bisnisnya visible atau enggak, yang penting kita uji orangnya siap nggak jadi enterpreneur,” ujar Surjanto.
Secara data, pihaknya mencatat kenaikan jumlah peserta yang signifikan di setiap tahunnya. Bahkan, dari pendaftaran DSC 2022 yang telah dibuka pihaknya menerima sebanyak kira-kira 23.000 proposal ide bisnis.
Padahal, kata Surjanto pada DSC 2010 pihaknya hanya menerima ide bisnis sekitar 600-an proposal saja. Dari data itu ia menilai bahwa antusiasme masyarakat untuk menjadi wirausahawan kini semakin meningkat.
“Jadi memang perkembangannya sudah sangat baik, antusiasme masyarakat terhadap UMKM atau enterpreneurship itu sudah sangat berkembang,” kata dia.
Setelah melakukan pendaftaran, Surjanto menyebut ada sebanyak 300 proposal yang akan diseleksi secara tatap muka atau offline. Kemudian dipilih sebanyak 40 peserta terbaik untuk masuk pada tahapan inkubasi alias training atau pelatihan dalam waktu tertentu.
Dalam fase inkubasi ini, seluruh peserta mendapat pengetahuan mengenai how to do a proper bussines atau menjadi seorang enterpreneur yang baik. Mulai dari pemberian ilmu soal cara menghitung harga pokok penjualan (HPP), menghitung biaya bisnis sesuai dengan standar akuntansi.
Jika telah melewati masa inkubasi, kemudian dari ratusan peserta akan disaring menjadi 20 orang untuk kemudian mengikuti tahap lanjutan berupa challange atau tantangan.
Tantangan itu meliputi membuat bisnis proposal dengan ide baru dan berbeda dari yang diajukan. Lalu, diberikan sejumlah kasus-kasus dalam dunia usaha.
Surjanto mengungkapkan, tahapan itu penting untuk dilakukan karena dengan begitu pihaknya bisa mengetahui karakter dari masing-masing peserta yang merupakan calon enterpreneur itu.
“Yang kita cari itukan sosok pengusaha, sebetulnya ide bisnis itu hanya sekadar ide bisnis. Artinya sosok pengusahanya kuat ide bisnisnya apa aja tetap akan mereka bisa jalankan. Makanya yang kita cari sosok pengusaha yang penilaiannya di 3P, yaitu paham, piawai dan persona,” ungkapnya.
Setelah melalui tahapan challange, 40 peserta yang ada akan dipilih menjadi 8 besar. Dan mereka itulah yang disebut sebagai grandfinalis dan akan mendapat hibah modal usaha senilai Rp 2 Miliar.
Benefit DSC
Surjanto menekankan, uang yang diberikan kepada 8 orang juara bukanlah sebagai hadiah melainkan modal usaha bagi bisnis yang diajukannya. Sehingga kata dia, total hadiah sebesar Rp 2 Miliar tidak semerta-merta dibagi rata tetapi akan diberikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pemenang berdasar kebutuhan yang tertuang dalam proposal bisnisnya.
“Jadi kita lihat 8 orang itu kebutuhan dananya untuk apa saja dan kira-kira berapa, dari situ baru kita tentukan siapa dapat apa,” ujarnya.
Tak hanya berupa uang, guna memastikan modal usaha tersebut digunakan untuk mengembangkan bisnis. Pihak DSC juga akan melakukan mentoring selama 2 tahun kepada delapan orang pemenang itu.
“(Lewat mentoring) Jadi bagaimana mereka (pemenang DSC) bisa berdiskusi untuk menentukan yang paling penting seperti sewa gudang atau bikin aktivitas promosi atau beli alat produsi. Ini perlu diskusi juga dengan mentor-mentor yang lebih berpengalaman,” tambahnya.
Benefit lain yang akan diperoleh peserta DSC, yaitu training menjadi seorang enterpreneur, pendampingan atau mentoring selama 2 tahun, dan mendapat ruang berkomunikasi dengan pengusaha lain dalam Diplomat Enterpreneur Network (DEN).
“Di situlah diplomat enterpreuner network (DEN) para alumni-alumni DSC itu berinteraksi saling tukar pikiran, tukar produk dan berkolaborasi. Itu kesempatan yang penting karena kalau bisa kolaborasi kan lebih powerfull daripada kita berjuang sendirian. Jadi empat benefit itu yang kita berikan kepada para peserta/pemenang DSC ini,” tandasnya.
Credit: Source link