Surplus Neraca Dagang Bertahan 31 Bulan Berturut-turut

Surplus Neraca Dagang Bertahan 31 Bulan Berturut-turut

 

JawaPos.com – Neraca perdagangan kembali mencatat surplus. Per November 2022, tercatat nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan impor sebesar USD 5,16 miliar.

“Ini merupakan surplus ke-31 bulan berturut-turut yang dicapai Indonesia sejak Mei 2020,” ujar Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) M. Habibullah di Jakarta Kamis (15/12).

Dia melanjutkan, nilai ekspor bulan lalu membukukan USD 24,12 miliar, sedangkan impor USD 18,96 miliar. Ekspor nonmigas November 2022 terbesar adalah ke Tiongkok, yakni USD 6,28 miliar.

Disusul Amerika Serikat (AS) USD 2,10 miliar dan Jepang USD 1,90 miliar. Kontribusi ketiganya mencapai 44,73 persen. Sementara itu, pengiriman barang ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar USD 4,25 miliar dan USD 1,55 miliar.

Habibullah menyampaikan, hingga kini surplus neraca perdagangan masih ditopang nonmigas yang mencapai USD 6,83 miliar. Komoditas penyumbang adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Sementara, kontributor defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.

Berdasar negaranya, surplus terbesar adalah AS dengan nilai USD 1,31 miliar. Perinciannya, perdagangan mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, pakaian dan aksesorinya (rajutan), serta pakaian dan aksesorinya (bukan rajutan).

Disusul India yang membukukan USD 1,17 miliar. Komoditas penyumbang surplus dengan India adalah lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, serta bijih logam, terak, dan abu.

Negara selanjutnya, yakni Filipina, dengan surplus USD 1,02 miliar. “Komoditas utama bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya, serta lemak dan minyak hewan/nabati,” imbuh Habibullah.

Di sisi lain, perdagangan Indonesia mengalami defisit dengan tiga negara. Yaitu, Australia sebesar USD 519 juta, Thailand, USD 321 juta, dan Brasil USD 249 juta.

Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan, kinerja neraca perdagangan provinsi tersebut masih bertahan di kondisi defisit. November tercatat USD 682,55 juta.

“Sebenarnya defisit sektor nonmigas cukup kecil, yakni USD 131,03 juta. Masalahnya, perdagangan sektor migas minus USD 551,52 juta,” jelasnya.

Selisih minus tersebut tidak sebesar rekor tahun ini. Yakni, defisit perdagangan internasional pada Juli mencapai USD 1,16 miliar jika dibandingkan dengan bulan sama tahun lalu yang mencapai sekitar USD 660 juta.

“Secara akumulatif, neraca perdagangan Jatim selama 11 bulan berjalan mencapai minus USD 8,53 miliar. Angka ini sudah tembus dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 4 miliar,” bebernya.

Dari sisi ekspor, Jatim mencetak transaksi senilai USD 1,97 miliar. Angka itu naik 2,01 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dikalkulasi secara year-on-year, tumbuh 9,61 persen.

Sementara itu, impor November 2022 mencapai USD 2,65 miliar. Jumlah tersebut naik 3,49 persen dibandingkan realisasi Oktober.

“Namun, jika dibandingkan dengan realisasi November 2021, kinerja impor sebenarnya turun 6,7 persen,” paparnya.

KINERJA PERDAGANGAN INTERNASIONAL NOVEMBER 2022

Surplus: USD 5,16 miliar

Surplus dengan negara:

– AS (USD 1,31 miliar)

– India (USD 1,17 miliar)

– Filipina (USD 1,02 miliar)

Defisit dengan negara:

– Australia (USD 519 juta)

– Thailand (USD 321 juta)

– Brasil (USD 249 juta)

Sumber: BPS

Editor : Estu Suryowati

Reporter : (dee/bil/c7/dio)


Credit: Source link

Related Articles