Dengan kepesatan teknologi dan hadirnya berbagai aplikasi apa pun di media sosial (medsos), tak bisa dihindari hampir seluruh penduduk dunia telah menjadi makhluk medsos. Bagaimana tidak, semua fasilitas medsos telah menyediakan hampir semua kebutuhan kita.
—
AKUI saja bahwa kita memang sudah jadi makhluk medsos sejati. Bangun tidur otomatis tangan kita mencari ’’teman pendamping hidup yang tak terpisahkan’’, smartphone. Mengecek WhatsApp, Facebook, Instagram, TikTok, dan lainnya. Mencari info atau update seseorang sampai mencari tayangan apa pun. Apalagi, sebuah berita yang viral sangat mudah ditelusuri.
Nah, yang menarik adalah konten-konten yang mengusik perasaan-perasaan atau pemikiran-pemikiran kita. Terutama bila kita sangat kerap membuka mereka di medsos. Sehingga mungkin kita bisa jadi lelah (overwhelmed). Hal-hal yang berpotensi mengusik atau memengaruhi itu, antara lain, tayangan yang:
– Bertentangan dengan value, pandangan, atau pemikiran kita.
– Sama sekali berbeda dengan selera atau gaya kita.
– Menampilkan super kemewahan yang tak terjangkau.
– Menampilkan hedonisme yang sangat berlebihan.
– Keadaan yang menimbulkan angan, membuat kita jadi berkhayal.
– Membuat kita tanpa sadar jadi membanding-bandingkan keadaan atau hidup kita dengan mereka yang ada dalam tayangan medsos.
Entah berapa persen jumlah makhluk medsos di dunia ini yang lalu jadi terpengaruh pada tayangan kehidupan maya itu, yang mungkin adalah tayangan nyata, tapi bukan real-life. Kenapa, mungkin karena memang tidak ada yang pernah benar-benar tahu, apakah tayangan atau konten itu real-life, rekayasa, hanya sebuah kreasi, sandiwara, drama, atau apa. Kita tidak kenal mereka, tidak tahu siapa, dan bagaimana kehidupan mereka.
Jadi, sejatinya bisa dibilang konten-konten itu bisa dibikin siapa saja, untuk tujuan apa saja, dengan latar sebab apa saja. Sangat jauh dan terpisah dari kehidupan nyata kita. Meski mereka tiap hari ada di mata, rasa, bahkan mungkin di hati kita.
Agar perasaan dan pemikiran kita tidak terusik atau terbawa oleh limpahan konten yang ’’mengerubuti” hari-hari kita, ada baiknya kita mulai memagari dengan kekuatan yang bersikap logis, objektif, dan efektif:
– Fokus pada kehidupan yang apa adanya dimiliki.
– Fokus pada tanggung jawab dan tugas utama di alam nyata.
– Melihat konten atau tayangan itu hanya sebagai informasi, tontonan, atau berita.
– Tidak membandingkan diri atau kehidupan kita dengan apa pun yang kita lihat dan tidak perlu meniru yang kita tidak mampu.
– Ambil konten bermanfaat untuk menumbuhkan diri dan masa depan.
*) Baby Joewono, Founder & trainer of Baby Joewono Soft Skills Center
Credit: Source link