Bensin jadi Penyumbang Inflasi Tertinggi Tahun Lalu

JawaPos.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Desember 2022 mencapai 0,66 persen month-to-month (MtM) dan secara tahunan sebesar 5,51 persen year-on-year (YoY). Kepala BPS Margo Yuwono menyebutkan, ada beberapa komoditas yang menjadi penyumbang inflasi.

“Komoditas penyumbang inflasi tertinggi secara tahunan adalah bensin. Kemudian, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, diikuti beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, dan kontrak rumah,” ujarnya di Jakarta Senin (2/1).

Secara tahunan, komponen harga yang diatur pemerintah masih mencatat inflasi yang tinggi. Itu didorong kenaikan harga bensin, bahan bakar rumah tangga, serta tarif angkutan udara dan dalam kota.

“Komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi 13,34 persen, lebih tinggi dibandingkan November 2022 yang mencapai 13,01 persen. Komponen ini memberikan andil terbesar pada bulan lalu. Yaitu, 2,36 persen,” paparnya.

Kemudian, inflasi Desember juga disebabkan peningkatan permintaan selama periode libur Natal dan tahun baru (Nataru) serta libur sekolah. “Ini merupakan musiman,” imbuh Margo.

Secara umum, Margo menyebutkan, laju inflasi RI cukup terkendali. Terlebih jika dibandingkan negara lain.

“Memang pasokan pangan kita bagus, kalaupun ada inflasi pada volatile food karena cuaca. Di samping itu, ada campur tangan dari pemerintah dan bank sentral (BI), terutama melihat situasi inflasi inti,” katanya.

Sementara itu, Kepala BPS Jawa Timur (Jatim) Dadang Hardiwan mengatakan, indeks harga konsumen (IHK) Desember 2022 tercatat mencapai 114,25 poin. Angka tersebut tumbuh 0,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

“Jika diakumulasi selama setahun, inflasi di Jatim pada 2022 mencapai 6,52 persen,” tuturnya.

Angka tersebut memang jauh lebih tinggi dibandingkan nasional. Namun, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jatim sudah memproyeksikan inflasi tahunan di kisaran 6,2–6,6 persen.

Di tempat terpisah, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan bahwa inflasi kembali ke kisaran target 2–4 persen pada paro kedua 2023. Sejalan dengan realisasi inflasi 2022 yang lebih rendah daripada perkiraan awal sebesar 6,27 persen.

“Keberhasilan pemerintah dalam menjaga pasokan dan mengendalikan harga pangan,” tuturnya.

Meski demikian, inflasi tampaknya masih akan berada di atas 4 persen setidaknya hingga semester pertama 2023. Berkisar antara 4 sampai 6 persen YoY.

“Karena realisasi inflasi headline 2022 lebih rendah daripada perkiraan awal, kami merevisi turun perkiraan 2023 dari 4,02 persen menjadi sekitar 3,6 persen,” jelas Faisal kepada Jawa Pos.

INFLASI SERIES YOY SELAMA 2022

Januari : 2,18 persen

Februari : 2,06 persen

Maret : 2,64 persen

April : 3,47 persen

Mei : 3,55 persen

Juni : 4,35 persen

Juli : 4,94 persen

Agustus : 4,69 persen

September : 5,95 persen

Oktober : 5,71 persen

November : 5,42 persen

Desember : 5,51 persen

Sumber: BPS

Editor : Estu Suryowati

Reporter : (dee/bil/han/c7/dio)


Credit: Source link