JawaPos.com – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengungkapkan salah satu penyumbang utama inflasi pada September 2022 adalah komoditas beras. Komoditas ini tercatat mengalami inflasi sebesar 2,56 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) dengan andil pada inflasi sebesar 0,08 persen.
Terkait itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan pihaknya menjamin stabilitas harga beras nasional tetap terjaga dengan penerapan langkah strategis seperti operasi pasar dan penyerapan gabah petani. Ia juga mengatakan, pemerintah akan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait sehingga harga beras dapat terkendali, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
“Diharapkan operasi pasar dilakukan serempak di seluruh tanah air, terutama di daerah yang mengalami kenaikan signifikan agar harga terkendali,” kata Mendag dalam keterangan tertulis, Senin (3/10).
Ia menjelaskan, beras memiliki pengaruh besar terhadap inflasi. Oleh sebab itu, untuk menghadapi berbagai kemungkinan, pemerintah terus mengintensifkan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak memastikan ketersediaan pasokan dan stabilitas harga.
“Beras pengaruhnya terhadap inflasi tinggi sekali. Oleh karena itu, Pemerintah terus mengecek stok di pasar, salah satunya Pasar Induk Beras Cipinang. Memang kenyataannya, Agustus—September harga beras naik. Salah satunya disebabkan kenaikan harga gabah,” jelasnya.
Selain menerapkan langkah strategis, guna mengendalikan inflasi, Mendag Zulhas berharap pemda merespons dengan cepat gejolak harga barang kebutuhan pokok. Hal ini sejalan dengan perintah Presiden Joko Widodo untuk terus memantau harga barang kebutuhan pokok, seperti beras.
“Berapapun gejolak harga yang terjadi di pasar, pemerintah daerah diharapkan tetap menjaga sesuai
harga standar. Misalnya dengan subsidi harga sehingga harga tidak bergejolak,” imbuh Mendag Zulkifli
Hasan.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pangan Nasional Arif Prasetyo menyatakan bahwa kenaikan harga beras tidak bisa dihindari. Untuk itu, pemerintah, melalui Bulog akan mendukung pasar dengan menyerap beras sesuai dengan harga yang telah ditentukan Pemerintah.
Arif menyebut, stok Bulog hari ini sekitar 800 ribu ton dan Pemerintah akan menyerap beras hingga 1,2 juta ton.
“Jadi berapapun yang diminta pasar seperti Cipinang, akan dipenuhi. Bapanas beserta pemangku kepentingan terkait selalu memperhatikan stok beras dan barang penting lainnya karena inflasi dari volatile food ini yang masih bisa kita kendalikan,” ungkapnya.
Sebelumnya, BPS mencatat beras sebagai salah satu penyumbang inflasi disebabkan adanya peningkatan ongkos angkut imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan upah harian kuli panggul.
“Jadi, ini lebih disebabkan karena meningkatnya transportasi. Jadi harga beras di provinsi sentra produksi saat didistribusikan mengalami kenaikan gara-gara kenaikan ongkos angkut tersebut,” kata Margo dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta, Senin (3/10).
Kendati demikian, secara keseluruhan, penyumbang utama inflasi pada September 2022 adalah peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diputuskan pada awal September 2022. Peningkatan harga BBM ini membuat tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan antarkota, juga tarif kendaraan online meroket.
Sementara beras, meskipun ikut serta menyumbang inflasi tetapi nilainya tercatat tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan Agustus 2022. Pada Agustus, inflasi beras tercatat 1,13 persen secara tahunan.
Hal ini disebabkan, kelompok makanan, minuman dan tembakau pada September 2022 tercatat memberikan andil deflasi sebesar 0,08 persen.
Editor : Bintang Pradewo
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Credit: Source link