JawaPos.com – RedDoorz, Perusahaan teknologi yang bergerak di bidang perhotelan dan hospitality mampu bertahan saat pandemi Covid-19. Bahkan, selama dua tahun ini mereka terus memperbanyak portfolio penginapan serta berekspansi di lebih dari 190 kota. Mereka kini sedang menunggu momentum stabilnya perekonomian untuk bisa initial public offering (IPO).
Keinginan itu disampaikan oleh CEO RedDoorz Amit Saberwal. Dia mengatakan IPO selalu menjadi ambisinya untuk perusahaan yang memiliki logo pintu merah itu. Namun, pandemi membuat rencana itu harus tertunda dua atau tiga tahun. “Itu (IPO) adalah bagian dari rencana kami,” ujarnya saat wawancara khusus dengan JawaPos.com.
Amit belum bisa memastikan apakah pada 2023 bisa mengumumkan rencana IPO atau tidak. Peluang pada 2023, asalkan pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19 bisa konsisten. “Saya pikir jika pemulihan ekonomi pada 2023 sangat baik, kami akan berada dalam posisi yang jauh lebih baik untuk menentukan kapan IPO dilakukan,” imbuhnya.
Rencana untuk IPO sangat mungkin dilakukan. Apalagi, bisnis RedDoorz terus tumbuh. Termasuk di Indonesia. Meski RedDoorz adalah perusahaan startup asal Singapura, namun Amit mengakui kalau Indonesia adalah pasar nomor satunya. Baginya, jika ingin memiliki posisi bisnis yang kuat di ASEAN, harus kuat di Indonesia terlebih dahulu.
Secara khusus, Amit mengatakan sangat optimistik dengan peluang RedDoorz di Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari bangkitnya lagi sektor pariwisata. Ketika orang-orang mulai berwisata, mereka butuh tempat untuk menginap. “Mereka ingin tinggal bersama teman dan kerabat di hotel kecil yang dikelola secara profesional. Itu adalah titik awal dari pariwisata,” terangnya.
Lebih lanjut Amit mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia setelah pandemi Covid-19 masih belum sepenuhnya. Namun, dia melihat Ramadan 2023 akan jadi titik balik. “Indonesia masih belum pulih sepenuhnya. Saya pikir pasca Ramadan tahun depan, pemulihan secara penuh akan terjadi. Saya kira demikian,” tuturnya
Bagaimana dengan isu resesi pada 2023? Amit memilih untuk tetap optimistik. Apalagi, dia telah belajar dari pandemi Covid-19. Untuk tidak mengkhawatirkan apapun yang tidak bisa dia kendalikan. Bisnis RedDoorz di Indonesia diyakini tetap bagus karena memiliki banyak rekan dan selama pandemi berhasil menggandakan jumlah hotel.
“Saya tidak bisa mengendalikan resesi. Faktanya, bahwa di seluruh Asia Tenggara, terutama di Indonesia pertumbuhannya lebih tinggi daripada inflasi. Jadi, ketakutan akan resesi itu sah-sah saja, tetapi kita seharusnya tidak terlalu mengkhawatirkannya,” urainya.
Bertahan Saat Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 yang memukul industri pariwisata memang berdampak pada RedDoorz. Amit mengakui jika kondisi dua tahun ke belakang sangat sulit. Dia beruntung, di tengah situasi sulit itu ResDoorz memiliki tim yang solid.
“Seluruh pujian untuk tim dan mitra, mereka bisa bersatu. Kami memangkas biaya, mengambil keputusan dengan sangat cepat. Dan mulai menghasilkan uang,” jelasnya.
Amit juga mengatakan, terdampak pandemi Covid-19 bukan berarti berhenti ekspansi. Justru saat pandemi itulah RedDoorz bergerak makin lincah. Buktinya, hotel-hotel baru terus ditambahkan sebagai mitra dan berekspansi ke 190 kota di Indonesia. “Kami gandakan jumlah hotel kami, dan kami survived,” terangnya
Saat ini, RedDoorz juga memperbanyak lini bisnisnya. Mulai dari Sans untuk anak muda, KoolKost untuk kos-kosan, hingga Sunerra bagi yang ingin menginap di hotel bintang 4. Strategi multibrand itu ikut membantu performa positif RedDoorz saat menghadapi pandemi Covid-19.
“KoolKost memang sangat Indonesia. Ini untuk yang ingin ngekost dengan standar yang baik. Bisnis ini sedang naik daun karena setelah pandemi, kampus mulai dibuka, pekerja kembali ke kantor. Setelah periode yang lambat itu, bisnis ini sangat menarik,” terangnya.
Credit: Source link