Geliat Film-Film Nasional setelah Terpaksa Diperam Selama Pembatasan Mobilitas
Pandemi Covid-19 yang disusul pembatasan mobilitas meredupkan film Indonesia yang kala itu sedang bersinar di negeri sendiri. Kini pijar menyala lagi. Kunjungan ke bioskop melonjak seiring pelonggaran mobilitas. Jumlah penonton yang menyaksikan film Indonesia pun melebihi film asing.
—
FILM Indonesia kembali bangkit tahun ini. Sejarah baru tercipta. Jumlah penonton film buatan Indonesia lebih besar ketimbang film-film asing. Cinepoint menyatakan bahwa market share penonton film Indonesia di bioskop mencapai 55 persen. Sementara itu, Kemendikbudristek menyebut market share film nasional mencapai 61 persen. Per 27 Oktober lalu, jumlah penontonnya 48,179 juta. Sebentar lagi, rekor 2019 yang mencapai lebih dari 50 juta akan terlampaui.
CEO MD Pictures Manoj Punjabi mengatakan bahwa animo masyarakat untuk menghangatkan lagi bangku-bangku empuk bioskop terlihat sejak awal 2022. Bermula dari rilis film bertajuk Kukira Kau Rumah.
’’Puncaknya terjadi saat MD menayangkan film KKN di Desa Penari, yang memberikan angin segar bagi industri perfilman Indonesia,” ungkapnya kepada Jawa Pos pada Jumat (28/10).
Sampai sekarang, KKN di Desa Penari masih menjadi film dengan jumlah penonton tertinggi. Angkanya mencapai lebih dari 9,2 juta. Angka itu mengalahkan film asing paling laris tahun ini, Doctor Strange in the Multiverse of Madness. Film produksi Marvel Studio itu ditonton 6,488 juta orang.
Meski capaian angkanya tidak sefantastis KKN di Desa Penari, sederet film produksi dalam negeri yang lain juga layak diapresiasi. Film-film itu mampu menggaet lebih dari 1 juta orang untuk menyaksikannya di bioskop. Misalnya, film Pengabdi Setan 2: Communion yang ditonton 6,391 juta orang dan Miracle in Cell No.2 yang menarik 5,836 juta penonton.
’’Masyarakat berbondong-bondong ke bioskop. Momen ini bukan sekadar titik recovery pascapandemi, namun memecahkan rekor jumlah penonton,” imbuh Manoj.
Terpisah, Ernest Prakasa menyebut kerinduan masyarakat untuk kembali menonton film di bioskop juga menjadi faktor penting yang membuat film buatan dalam negeri bergairah lagi. Sutradara yang juga penulis dan produser film itu mengatakan bahwa jadwal rilis film yang berdekatan karena terlalu lama ’’diperam” selama pandemi juga membuat antusiasme masyarakat tinggi.
’’Karena memang film-film itu tertahan rilisnya. Sehingga, ketika keluar dalam waktu berdekatan, terasa ’Wow! Luar biasa sekali film-film kita’,’’ ujarnya.
Selain itu, menurut Ernest, tren pemasaran yang berubah pascapandemi turut memberikan dampak. Kini, cara promosi dari mulut ke mulut menjadi cara yang paling efektif. Sebab, cara itu bisa selaras dengan dinamika dan algoritma media sosial (medsos). ’’Kita bisa promosi sekuat yang kita bisa. Mau pasang billboard atau iklan TV, tapi at the end of the day, begitu hari pertama filmnya tayang dan orang nonton lalu bilang jelek ya bakal selesai,” terangnya.
Jika dilihat lebih dekat, lima dari daftar 10 film Indonesia paling ditonton itu bergenre horor. Ernest mengatakan bahwa film horor memang akan selalu mendapat tempat di hati penonton karena adanya kedekatan dengan budaya dan tradisi lokal. ’’Kita dekat dengan hal-hal yang sifatnya gaib. Secara kultural memang dekat, jadi enggak akan bisa lepas,’’ ujarnya.
Kembali berjayanya film-film Indonesia di pasar dalam negeri itu menjadi sinyal positif bagi para pelaku industri layar lebar. Manoj berharap momentum yang bagus itu bisa dimanfaatkan dengan baik. ’’Saya selalu menekankan, kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Pencapaian KKN di Desa Penari yang ditonton lebih dari 9,2 juta penonton ini adalah semangat bagi perfilman nasional secara keseluruhan,” tandasnya.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : adn/agf/c7/hep
Credit: Source link