Mengajak si kecil nonton di bioskop bikin harap-harap cemas ya, Bun. Apa pun bisa terjadi. Mendadak rewel, tantrum, bahkan menangis. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Kesiapan si kecil dan kesesuaian film dengan usia anak.
—
USIA menjadi pertimbangan krusial untuk memutuskan seberapa siap anak pergi ke bioskop. Umumnya, balita sudah bisa duduk diam untuk waktu yang lama. Karena itu, usia 5 tahun dirasa paling tepat untuk memberikan pengalaman baru menonton film di luar rumah. Yakni, di bioskop.
’’Kalau masih di bawah usia balita, yaitu 1–4 tahun, harus dipahami bahwa karakteristik anak itu masih mobile. Mereka masih senang jalan-jalan. Harapannya tipis sekali mereka bisa duduk tenang melihat film sampai selesai,’’ tutur Agustina Twinky SPsi, konselor keluarga.
Meski sudah berusia 5 tahun, bukan berarti si kecil bisa langsung diajak ke bioskop. Dari jauh hari orang tua harus mengomunikasikannya dengan anak. Mulai film yang akan ditonton, suasana dalam bioskop, hingga apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada di sana.
’’Bisa diberi tahu dulu, misal kita akan nonton film ini, kamu mau tidak. Sosialisasikan juga bahwa nanti keadaannya gelap karena lampu diredupkan. Artinya, kamu harus nonton, tidak boleh berisik, tidak boleh menyalakan HP,’’ urainya.
Bila perlu, perlihatkan bioskop dalam bentuk gambar atau video. Dengan begitu, anak akan memiliki gambaran keadaan di dalamnya. Risiko terkejut saat lampu diredupkan dan suara yang keras pun dapat diminimalkan. Sebisa mungkin bangun kenyamanan si kecil.
’’Mama bisa bawa kapas untuk meredam suara, tapi yang tidak terlalu tebal. Jadi, anak masih bisa mendengarkan. Bilang juga kalau lampunya mau dimatikan. Bisa dipegang dulu tangannya, dipeluk, diusap-usap kepalanya. Berikan rasa nyaman,’’ lanjutnya.
Twinky juga mengingatkan orang tua untuk tidak menaruh ekpektasi besar di hari pertama anak nonton bioskop. Sebab, mereka masih belajar. Termasuk harus siap keluar saat anak rewel dan rela tidak menonton sampai akhir jika anak menolak untuk masuk lagi. Dengan begitu, kejadian anak menangis atau berteriak yang dapat mengganggu penonton lain bisa dicegah.
’’Misal dia capek, bosan, sudah ada tanda-tanda rewel, orang tua harus paham. Bawa anak keluar, ajak jalan-jalan sebentar. Mungkin dipipiskan, dikasih camilan, baru masuk lagi ke dalam. Kalau rewel lagi ya ajak keluar lagi,’’ terangnya.
Selain persoalan di dalam bioskop, yang tak kalah penting adalah pemilihan film. Twinky menyebutkan, ada dampak psikologis dari menonton film yang tidak sesuai usia. Karena itu, orang tua harus jeli memilah tontonan. Apalagi jika anak sudah beranjak remaja, tetapi belum cukup umur. Ortu perlu ekstra dalam memantau dan mengontrol aktivitas mereka.
’’Misal ada adegan ciuman, adegan kekerasan, dan kata-katanya tidak pantas didengar anak seperti umpatan atau menjurus ke seks. Otomatis anak akan menyerap hal itu. Mereka gampang sekali belajar dari apa yang ditonton,’’ jelas Twinky.
Kalau ortu terbiasa mengajarkan anak menonton tayangan yang sesuai usianya, lanjut dia, hasilnya akan baik. Hal itu akan menumbuhkan kesadaran anak terkait mana film yang boleh dan belum saatnya ditonton. Jadi, ketika anak sudah bisa ke bioskop sendiri bersama teman-temannya, dia tidak salah memilih tontonan.
CEKLIS NONTON BIOSKOP BARENG SI KECIL
– Pilih tontonan kesukaan anak yang sesuai dengan usianya.
– Jangan telat. Datang lebih awal agar anak bisa melihat suasana dalam bioskop.
– Pilih tempat duduk yang nyaman. Tidak terlalu depan agar mata anak tidak sakit dan tidak terlalu belakang.
– Bawa popcorn dan minuman.
– Jangan marah saat anak meminta keluar sebelum film selesai.
Credit: Source link