Evaluasi Mudik Lebaran, Enam Indikator Ini Jadi Rujukan

by

in
Muhadjir Effendy (kanan) didampingi Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi. (BP/Istimewa)

JAKARTA, BALIPOST.com – Presiden Joko Widodo memimpin Rapat Terbatas (Ratas) mengenai Evaluasi Mudik Lebaran, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (24/5). Pada kesempatan itu, Presiden menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi hingga mudik Lebaran tahun 2022 ini dapat berjalan dengan lancar.

Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, dalam keterangan pers tertulisnya mengatakan ada enam indikator yang digunakan pemerintah dalam mengevaluasi pelaksanaan mudik. Yaitu, tata kelola lalu lintas, penanganan pandemi COVID-19, ketersediaan bahan pokok, ketersediaan bahan bakar minyak (BBM), penyaluran bantuan sosial (bansos), dan pelaksanaan vaksinasi penguat atau booster.

“Alhamdulillah dari enam indikator atau enam variabel ini semua tercapai dengan sangat memuaskan. Jadi baik dalam tata kelola lalu lintas, ketersediaan BBM dan bahan pokok, kemudian penanganan COVID-19, alhamdulillah sampai sekarang juga COVID-19 tidak mengalami kenaikan yang cukup signifikan, bahkan cenderung menurun, dan juga capaian dari vaksinasi, termasuk booster,” ujarnya.

Ia juga menyebutkan Presiden menyampaikan terima kasih kepada seluruh warga masyarakat, terutama mereka yang telah menjalankan mudik tahun 2022, atas kedisiplinannya, kepatuhannya terhadap ketentuan-ketentuan yang telah diberlakukan oleh pemerintah, termasuk di dalamnya adalah tertib menggunakan jalan ketika sedang perjalanan. “Termasuk juga kepatuhan patuh terhadap protokol kesehatan, dan kepatuhan-kepatuhan yang lain,” ujarnya.

Terkait penyaluran bansos, Muhadjir menjelaskan bahwa pemerintah melalui Kementerian Sosial (Kemensos) dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) telah menyalurkan bansos lebih awal untuk tiga bulan sekaligus, yaitu April, Mei, Juni. Sehingga masyarakat bisa merasakan manfaat bansos tersebut pada momen Lebaran.

“Jadi tiga bulan dirangkap pada bulan April sebelum lebaran. Dengan demikian, maka masyarakat yang kurang beruntung yang kurang mampu, itu bisa betul-betul ikut menikmati lebaran ini karena bansosnya dimajukan oleh Bu Mensos dan Pak Menteri Desa, itu tiga bulan dirapel di depan, bukan di belakang ini membuat mereka bisa menikmati,” ujarnya.

Sementara untuk menjamin ketersediaan pangan, kerja sama dilakukan oleh kementerian/lembaga terkait seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian agar bahan pokok tersedia dalam harga yang relatif stabil.

“Seandainya ada kenaikan itu kenaikan yang lumrah karena Lebaran, yang paling menonjol, yang paling naik itu adalah ayam potong dan daging, itu biasa karena Lebaran pasti pada (yang) masak opor dan opor itu perlu ayam dan juga daging,” pungkasnya. (kmb/balipost)

Credit: Source link