JawaPos.com – Film horor kedua garapan rumah produksi Falcon Black menuai kritikan lantaran menggunakan judul Para Betina Pengikut Iblis. Sejumlah orang merasa terganggu kaum hawa disebut sebagai betina.
Argumentasi pengkritik, kata betina lebih pas digunakan untuk binatang, bukan pada manusia. Kritikan ini muncul pada sejumlah komentar dalam trailer film Para Betina Pengikut Iblis yang tayang pada 19 Januari 2023 lalu.
Terkait kritikan tersebut, Rako Prijanto selaku sutradara memberikan penjelasan. Dia menyebut sengaja menggunakan kata betina karena dirinya dan tim produksi sangat menghormati kata perempuan.
“Saya nggak tega menggunakan kata perempuan. Karena dalam bayangan saya perempuan itu indah dan harus dijaga, nggak berhak jadi pengikut iblis. Makanya saya pilih kalimat betina,” ujar Rako di bilangan Duren Tiga Jakarta Selatan, Jumat (27/1).
Rako mengungkapkan, pemain utama film Para Betina Pengikut Iblis dipercayakan kepada Mawar De Jongh, Hanggini, dan Sara Fajira dengan alasan kuat. Pertimbangan utamanya mereka dinilai sangat sesuai dengan apa yang diperlukan karakter-karakter dalam film ini.
Selain itu, Rako tertarik mengajak Mawar De Jongh, Hanggini, dan Sara Fajira intuk melihat totalitas mereka dalam berakting.
“Di sini ada slasher, spiritual horor,ada creature, ini cocok banget buat mereka. Genre film ini serius makanya harus dimainkan oleh orang yang tepat,” papar Rako.
Selain Mawar De Jongh, Hanggini dan Sara Fajira, film Para Betina Pengikut Iblis juga diperkuat oleh Adipati Dolken. Dodot, sapaan akrabnya, memerankan karakter sebagai iblis.
“Pemeran iblis sebenarnya ada beberapa nama. Tapi dari kreatif jatuhnya ke Adipati. Karakter ini belum pernah ada dimainkan aktor-aktor Indoensia. Karakter ini punya sensivitas,” jelasnya.
Lebih lanjut Rako mengungkapkan,film Para Pengikut Iblis dibuat pada masa pandemi Covid-19. Lokasi syutingnya di pedalaman di daerah Parung, Jonggol dan Bogor. Lokasinya jauh dari perumahan penduduk dan dikerjakan selama kurang lebih 40 hari.
Film Para Betina Pengikut Iblis mengambil setting Indonesia tahun 60-an dengan production design antara budaya Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali.
“Rating 17 plus. Ini jauh lebih gore jauh dari film Bayi Ajaib,” katanya.
Diketahui, film Bayi Ajaib juga merupakan film garapan sutradara Rako Prijanto. Mengawali tahun 2023, dia memiliki dua film yang tayang di bioskop. Yaitu film Bayi Ajaib dan Para Pengikut Iblis. Ini menjadi semacam aksi ‘balas dendam’ Rako setelah masa pandemi Covid-19 tidak ada film garapannya tayang.
Credit: Source link