Muncul kali pertama pada 2000-an sebagai paduan iPod dan broadcast, podcast alias siniar kini berkembang pesat. Jika semula hadir dalam format audio, seiring berjalannya waktu, siniar juga bisa dinikmati secara audiovisual atau video. Sebagian orang menyebut video podcast sebagai vodcast.
—
MULANYA adalah monolog. Menyusul kemudian dialog, wawancara, lalu perbincangan banyak orang. Lama-lama, siniar juga menghadirkan dongeng, drama, bahkan horor. Belakangan, ada begitu banyak bentuk hiburan yang dikemas dalam siniar dan vodcast. Para podcaster dan vodcaster begitu lincah mencari celah untuk menempatkan diri di pasar. Namun, sasaran utamanya tetaplah mereka yang mementingkan audio sebagai hiburan.
Jika dulu monolog, dialog, dan obrolan menjadi populer karena membuat audiens merasa seperti sedang ”menguping” atau ’’mengintip” topik-topik anti-mainstream yang diusung podcaster, kini siniar dan vodcast tematik pun punya penggemar setia. Maka, kreator seperti Arif Muhammad alias Mak Beti menjelma idola. Dia punya fans yang disebutnya anak-anak.
”Ini mamak-mamak akhirnya bisa ke mal besar ya, ’Nakku (kependekan dari anakku, Red),” ujar Arif, eh Mak Beti, dengan logat khas Sumatera Utara. Rabu (16/11) siang dia datang ke The Hall Kota Kasablanka, Jakarta Selatan. Daster, sandal jepit, dan kerpus putih dengan aksen pita di kening menandakan bahwa kreator konten itu sedang berperan sebagai Mak Beti.
Persona Mak Beti memang lebih kuat ketimbang Arif. Sosok yang digambarkannya sebagai ibu seorang putri bernama Beti itu pas menggambarkan mamak-mamak (sebutan untuk ibu di Sumatera Utara, Red) yang cerewet, suka ngomel, perhitungan, sekaligus penyayang. Mak Beti mulai dikenal publik dari sitkom yang Arif produksi untuk kanal YouTube-nya pada medio 2010. Dia juga membagikan konten Mak Beti lewat media sosial (medsos)-nya.
Tidak sulit bagi Arif ”memanggil” Mak Beti di dalam dirinya. Pria 30 tahun yang pernah menjadi pekerja migran di Uni Emirat Arab (UEA) itu tinggal mengeksplorasi lingkungan tempat tinggalnya di Binjai. Terutama mengamati dan mengimitasi para mamak di sana. Tahap terpenting dari riset itu, menurut Arif, adalah bakombur alias mengobrol.
Bagaimana ceritanya sitkom di kanal YouTube dan medsos Arif itu kemudian berkembang menjadi vodcast? Semuanya berawal dari kolaborasi yang ditawarkan platform layanan musik dan siniar yang markas pusatnya di Stockholm, Swedia. Menganggap tawaran itu sebagai peluang untuk memperpanjang kariernya di dunia hiburan, Arif pun sepakat. Tahun ini mulai tayanglah Cerita Mak Beti.
”Biar ’nakku bisa semakin dekat sama Mak Beti di luar YouTube. Makin banyaklah anakku,” ungkap Mak Beti dalam acara All Ears yang dibesut Spotify pada Rabu itu.
Ada dua jenis konten yang diproduksi Arif untuk vodcast. Yakni, sketsa dengan format mirip sitkomnya dan bincang-bincang. Dalam format kedua itulah, audiens akan menemukan sisi lain Mak Beti. Mamak-mamak yang ekspresif tersebut menjadi host gelar wicara. Ada narasumber yang menemaninya ngobrol.
”Awalnya itu aku undang diriku sendiri sebagai karakter lain. Misalnya, Beti atau Wak Keling, tetangganya Mak Beti di sitkom,” terang Arif saat berbincang dengan Jawa Pos. Dia mengaku sempat kesulitan memproduksi jenis konten kedua itu. Sebab, dia harus bisa membayangkan Mak Beti sedang mewawancarai dirinya yang lain.
Kini Arif tak lagi kesulitan. Sebab, ada banyak figur publik yang bersedia hadir sebagai narasumber vodcast-nya. Di antaranya, Boris Bokir, Indra Jegel, Bene Dion, dan Boy William. ”Alhamdulillah, Mak Beti udah nggak sulit cari narasumber dan bisa lebih sering datang ke Jakarta. Ini Mak Beti punya banyak uang karena Arif kerja keras. Hahaha,” seloroh Mak Beti, eh Arif.
Credit: Source link