JawaPos.com – Pengembangan industri baterai di dalam negeri akan mendatangkan manfaat jangka pendek dan jangka panjang. PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) ditargetkan menjadi market leader di Asia Tenggara.
IBC merupakan konsorsium yang terdiri atas empat BUMN, yakni MIND ID, PT Pertamina, PT PLN, dan PT Antam. Holding pertambangan (MIND ID) mendapat mandat mengelola ekosistem industri baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID Dany Amrul Ichdan menyatakan bahwa IBC akan mampu mengintegrasikan baterai kendaraan listrik sebagai salah satu pilar penting perwujudan masa depan energi terbarukan di tanah air. “Keberadaan IBC pun akan memperkuat ekosistem, pertahanan, dan kemandirian baterai kendaraan listrik di dalam negeri,” ujarnya.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho menegaskan bahwa terdapat manfaat jangka pendek maupun panjang dari pembangunan industri baterai electric vehicle (EV). Jangka pendek bisa dilihat bahwa teknologi transfer mulai terjadi dari perusahaan yang berasal dari Korea Selatan, yakni LG Energy Solution (LGES).
“Produksi yang di Karawang sudah melakukan upgrading kemampuan teknis kepada 300 pekerja yang langsung dilakukan training di Korea (Selatan) untuk menguasai teknologi baterai EV ini,” bebernya.
Keuntungan lain adalah PT Antam akan mendapatkan tambahan modal waktu melakukan divestasi tambang. Dengan demikian, bisa digunakan untuk investasi pada pengolahan nikel.
Selain itu, perusahaan asing mulai berinvestasi karena adanya framework agreement yang sudah dilakukan. “Sehingga kepastian dari investor ke Indonesia tinggi,” ucapnya.
Manfaat jangka panjang berdasar kajian yang dilakukan Universitas Indonesia akan tercipta hampir 120 ribu lapangan pekerjaan. Baik secara langsung maupun tidak langsung.
“Ekosistem rantai nilai EV sangat luar biasa karena efek multiplier-nya sangat besar. Serta, pengurangan emisi dan impor BBM,” ujarnya.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengapresiasi PT IBC yang memperoleh investasi senilai USD 15 miliar atau setara Rp 225 triliun. Investasi tersebut didapat dari perusahaan Tiongkok, PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), dan LG Energy Solution asal Korea Selatan.
Kerja sama tersebut bertujuan mendukung pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik di tanah air. “Hal itu memberi bukti bahwa investor yakin dengan keseriusan Indonesia dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik,” ujarnya.
Menurut Erick, investasi CBL dan LGES untuk proyek aki terintegrasi dengan rencana pengembangan baterai yang menekankan ekosistem terintegrasi dari hulu hingga ke hilir. “Dampak investasi tak hanya dirasakan IBC, tetapi juga kita tekankan di BUMN bagaimana investasi harus berkontribusi dalam perekonomian nasional dan daerah serta yang tidak kalah penting, membuka lapangan kerja,” tambah Erick.
NILAI CADANGAN BAHAN BAKU BATERAI DI INDONESIA
Jenis Bahan | Perkiraan Volume
Aluminium | 1,2 miliar ton
Tembaga | 51 juta ton
Mangan | 43 juta ton
Nikel | 21 juta ton
Sumber: IBC
Credit: Source link