JawaPos.com – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) awalnya optimistis menyambut momen liburan Natal dan tahun baru kali ini. Namun, cuaca yang tak bersahabat di pengujung tahun menjadi kendala pengusaha perhotelan untuk meraup okupansi maksimal. Ramalan cuaca ekstrem berpotensi membuat calon wisatawan menunda atau membatalkan rencana perjalanannya.
Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani mengungkapkan, menjelang akhir tahun ini terjadi penurunan tingkat okupansi hotel hingga 50 persen dibandingkan tahun lalu. Khususnya di wilayah pesisir selatan dan utara Pulau Jawa. Hal itu dipicu ketakutan masyarakat setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan imbauan terkait cuaca ekstrem pada akhir tahun.
”Saya ambil contoh saat ini di Pangandaran. Saya mendengar konfirmasi dari tim kami di sana bahwa sejak November 2022 sudah ada peringatan tsunami dari BMKG. Akhirnya orang menjadi khawatir ke sana,” beber Hariyadi.
Untuk daerah lain seperti Bali, lanjut Hariyadi, kondisinya masih relatif aman. Tingkat okupansi hotel terlihat normal. ”Memang yang terdampak yang di pesisir, khususnya Pulau Jawa, dari Banten sampai Jawa Timur. Semuanya menjadi lebih ada kekhawatiran itu,” katanya. Dia juga menyebut kejadian wisatawan di Karimunjawa yang akhirnya pulang lebih cepat karena kekhawatiran tersebut.
Ketua PHRI DKI Jakarta Sutrisno Iwantono menambahkan, potensi cuaca ekstrem, khususnya di DKI Jakarta, mengakibatkan usaha hotel dan restoran tidak optimal saat periode Natal dan tahun baru. Khususnya dalam mendapatkan demand staycation. ”Menjelang tahun baru itu tentu sebagaimana kebiasaannya banyak acara. Tentu lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya kalau tahun baru itu. Cuma kan ini tidak bisa optimal karena ada kekhawatiran banjir dan genangan-genangan itu,” ujar Sutrisno.
PLN Antisipasi Gangguan Cuaca
Perusahaan Listrik Negara (PLN) menegaskan kesiapannya dalam menyediakan pasokan listrik selama masa pergantian tahun. Kali ini ketersediaan listrik dalam kondisi yang sangat aman. ”Berbeda dari tahun lalu di mana ketersediaan primer dalam kondisi kritis, tahun ini ketersediaan dalam kondisi aman dan sustainable,” ujar Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo dalam press conference tadi malam (31/12).
PLN melakukan siaga selama masa Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Siaga tersebut dimulai sejak 19 Desember 2022 sampai 4 Januari 2023.
Selama periode tersebut, lanjut Darmawan, PLN memperkirakan beban puncak 35,1 gigawatt. Sementara itu, daya mampu pasok PLN secara nasional adalah 46,9 gigawatt. ”Artinya, balance antara demand dan supply dengan margin 11,8 gigawatt,” ungkapnya.
Darmawan menambahkan, PLN juga melakukan langkah preventif dengan membangun 3.000 posko secara nasional. Selain itu, pengawalan ketat dilakukan di gardu-gardu induk dan gardu transmisi. Sebanyak 78.000 petugas di lapangan berjaga.
Mengantisipasi cuaca buruk belakangan ini, PLN juga menyiagakan 6.800 unit kendaraan beserta peralatan lengkap apabila terjadi gangguan-gangguan listrik. ”Kami berupaya siaga jika diperlukan corrective action. Kami sudah memetakan titik-titik kritis untuk diantisipasi,” katanya.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : agf/c19/c6/fal
Credit: Source link