Jangan Kotori Laut, Ini Cara Bijak Atasi Sampah Tekstil dan Fashion

Jangan Kotori Laut, Ini Cara Bijak Atasi Sampah Tekstil dan Fashion

JawaPos.com – Industri mode sudah mulai menyadari beberapa tahun belakangan ini bahwa konsep fashion ramah lingkungan atau sustainable fashion bisa mengatasi masalah limbah tekstil. Tak sedikit limbah fashion selama ini sudah mengotori alam terutama laut

Sejauh Mata Memandang (SMM) sebagai label fashin dan agen perubahan berkomitmen untuk menjadi label yang lebih bertanggung jawab. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesadaran konsumen, bersama TACO dan Ashta District 8, SMM, mereka pameran yang bercerita tentang darurat sampah tekstil dengan tajuk ‘Sayang Sandang, Sayang Alam’.

Pasar untuk industri fashion terus berkembang dan dinamis, hal ini juga dipengaruhi oleh pergerakan tren yang sangat cepat. Fakta secara global, industri fast fashion memberikan pilihan kepada konsumen untuk dapat membeli lebih banyak pakaian dengan harga yang terjangkau sehingga mengakibatkan akumulasi limbah fashion terus meningkat.

Hal ini juga ditambah dengan penggunaan serat sintetis seperti poliester yang merupakan serat plastik dan tidak dapat terurai secara hayati. Bahkan membutuhkan waktu hingga 200 tahun untuk dapat terurai. Terlebih lagi, sekitar 85 persen dari sampah tekstil dibuang ke tempat sampah dan laut.

Menyikapi hal ini, #sejauhmanakamupeduli menghadirkan beberapa solusi untuk dapat berkontribusi dalam menyelamatkan bumi dari limbah fashion. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kesadaran akan kerusakan lingkungan yang telah terjadi, memilih serat alami untuk tekstil, berbelanja lebih sedikit, membeli kualitas yang baik sehingga tahan lama, dan membeli produk dengan konsep daur ulang.

“Fakta menunjukan bahwa fashion merupakan salah satu penyumbang polutan sampah terbesar. 95 persen sampah tekstil yang terbuang sebenarnya masih bisa didaur ulang (recycle) atau didayagunakan kembali menjadi benda berfungsi lain (upcycle),” kata Pendiri dan Direktur Kreatif SMM Chitra Subyakto, dalam webinar, Selasa (9/3).

Editor : Nurul Adriyana Salbiah

Reporter : Marieska Harya Virdhani


Credit: Source link

Related Articles