Jasa Marga Bali Tol Lakukan Efisiensi

Ketut Adiputra Karang. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Di masa pandemi, Jalan Tol Bali Mandara hanya dilalui 10.000 kendaraan per hari. Padahal jika kondisi normal kendaraan yang lewat mencapai 40.000 per hari.

Direktur Utama Jasa Marga Bali Tol, Ketut Adiputra Karang, Senin (21/9) saat wawancara dalam program Bali Post Talk mengatakan, dari jumlah 10.000 kendaraan, rasionya antara kendaraan roda dua dan empat, sama. Sedangkan sebelumnya, presentase mobil lebih banyak yaitu 60 persen dan 40 persen kendaraan roda dua.

‘’Kalau sekarang hampir sama, mobilnya 52 persen, motornya 48 persen, jadi kendaraan motornya sangat banyak di sini,’’ imbuhnya.

Dengan adanya pandemi COVID-19 ini memang terjadi penurunan jumlah kendaraan melewati tol yang cukup signifikan. Di awal Maret dari lalu lintas (lalin) normal 40.000 kendaraan per hari, lalin hanya 8.000 per hari. Jadi Jasa Marga Bali Tol kehilangan pendapatan 80 persen. ‘’Karena memang Jalan Tol Bali Mandara sangat terpengaruh dari pariwisata,’’ jelasnya.

Ketika pariwisata ditutup dan PSBB dilakukan, sangat berdampak sekali karena lalu lintas tol didominasi oleh para pekerja pariwisata dan wisatawan. Kini ketika PSBB sudah mulai dilonggarkan, lalu lintas sudah mulai naik, jumlah kendaraan yang melewati tol di atas 10.000 kendaraan per hari, namun masih jauh dari kondisi normal.

Berdasarkan kajian yang dilakukan Jasa Marga Bali Tol, dari 40.000 kendaraan yang lalu-lalang di jalan tol, 30.000-nya merupakan lalin (lalu lintas) pekerja pariwisata dan wisatawan. Sementara 10.000 ini merupakan sisa dari pekerja pariwisata yang masih bekerja di kawasan Nusa Dua dan Jimbaran karena tidak semua dirumahkan dan serta pengguna tol dari masyarakat lokal dengan kepentingan sehari–harinya.

Adiputra menjelaskan, jumlah kendaraan yang melewati tol idealnya adalah 45.000 – 50.000 per hari. Dengan jumlah tersebut, perusahaan akan mampu membiayai operasional tol, termasuk pengembalian pinjaman untuk pembangunan tol.

Meski sebelum COVID-19, jumlah kendaraan yang melewati tol 40.000 per hari, belum mencapai target, namun jumlah tersebut merupakan jumlah minimal. “Dengan pandemi Covid ini sangat jauh dari angka ideal sebenarnya,” ungkap pria yang bertugas di Bali sejak 1 September lalu itu.

Namun dengan jumlah kendaraan 10.000 per hari, pendapatan yang didapat cukup untuk operasional gerbang tol termasuk menjaga SDM agar tidak sampai dirumahkan. “Mereka tetap bekerja normal, gaji normal, tidak dirumahkan. Yang kami lakukan hanya efisiensi,” ujarnya.

Efisiensi tersebut berupa program–program kerja yang sudah direncanakan dipindah ke tahun 2021 dan 2022. Namun khusus program keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, tetap dilakukan.

Contoh efisiensi yang dilakukan yaitu berupa pengoperasian 4 gardu tol untuk penghematan listrik. Yakni 2 gardu tol untuk kendaraan roda dua dan dua gardu tol untuk kendaraan roda empat.

Selain itu juga perjalanan dinas dipangkas habis karena rapat dilakukan secara virtual. Beberapa proyek juga diundur pengerjaannya, salah satunya terkait beautifikasi Jalan Tol Bali Mandara yang merupakan ikon pariwisata.

Ia juga bernegosiasi dengan pihak–pihak yang diajak bekerja sama untuk mendapatkan relaksasi, begitu juga dengan pembiayaan ke perbankan agar mendapat relaksasi. Sampai saat ini sudah ada kemudahan dari perbankan berupa penundaan pembayaran pokok sampai dengan tahun depan. “Dengan adanya pandemi, pasti bisa mundur, tapi kita belum tahu ke depannya seperti apa. Apabila kita taat sesuai track target, ada potensi wisatawan dibuka terutama wisatawan asing, kita sama–sama berharap cepat membaik,” ungkapnya.

Meski pengguna jalan tol minim saat ini, diakui belum ada rencana untuk penurunan tarif tol karena potongan tarif jalan tol harus melalui persetujuan pemegang saham dengan mekanisme yang cukup panjang. Selain itu juga menurutnya kecil kemungkinan untuk disetujui. (Citta Maya/balipost)

 

Credit: Source link