TOKYO, BALIPOST.com – Badan Meteorologi Jepang mencabut peringatan tsunami sekitar sejam setelah gempa berkekuatan 7,2 SR melanda, Sabtu (20/3). Dikutip dari AFP, belum ada laporan korban maupun kerusakan akibat gempa yang mengguncang pesisir timur laut Jepang itu.
Gempa mengguncang sekitar pukul 18.08 waktu setempat di perairan Pasifik yang masuk kawasan Miyagi. Kedalaman sumber gempa diperkirakan 60 kilometer dan menyebabkan adanya peringatan tsunami setinggi 1 meter.
Sebanyak ribuan KK menerima peringatan evakuasi tsunami yang dicabut sekitar pukul 19.30 waktu setempat. Pencabutan peringatan juga menyebabkan pihak berwenang berhenti melakukan tindakan evakuasi.
Menurut pihak berwenang terkait pembangkit nuklir di wilayah itu, tidak ada tanda-tanda abnormal pascagempa. Namun, perusahaan kereta api setempat menunda layanan, termasuk kereta Shinkansen.
Belum ada laporan kerusakan terkait gempa ini menurut pejabat di Miyagi Prefektur, Takashi Yokota. “Kami belum menerima laporan kerusakan maupun korban luka-luka karena gempa dan peringatan tsunami. Namun kami masih melakukan pengumpulan informasi,” katanya.
Otoritas Kebijakan Nuklir mengatakan belum ada laporan ketidaknormalan di fasilitas nuklir, termasuk Pembangkit Fukushima Daiichi yang kini tak beroperasi, Pembangkit Onagawa, dan sejumlah fasilitas nuklir skala kecil lainnya.
Pada bulan lalu, kawasan ini juga diguncang gempa kuat dan menyebabkan lusinan orang luka-luka. Seorang warga akhirnya meninggal karena gempa itu, yang disebut oleh para ahli meteorologi sebagai gempa susulan 2011
Gempa ini terjadi tidak lama setelah Jepang memperingati 10 tahun terjadinya tragedi gempa berkekuatan 9.0 SR yang memicu tsunami dan kebocoran pabrik nuklir pada 11 Maret 2011.
Peristiwa yang dikenal dengan 3 tragedi beruntun ini menimbulkan kerusakan parah di pesisir timur laut Jepang, termasuk Miyagi. (Diah Dewi/balipost)
Credit: Source link