DENPASAR, BALIPOST.com – Jurus jitu yang dilakukan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster dalam upaya membangkitkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menuai pujian. Pujian ini dilontarkan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unud, Prof. Dr. I Wayan Ramantha.
Salah satu jurus yang dinilai sangat jitu oleh Prof. Ramantha, Kamis (11/2), adalah gencarnya istri Gubernur Bali Wayan Koster ini mengedukasi para pelaku UMKM agar serius menggarap konsumen lokal di tengah pandemi. Sebab permintaan dari mancanegara mengalami penurunan.
Tak hanya mengedukasi pelaku UMKM, untuk menggugah minat masyarakat, Ny. Putri Suastini Koster juga menjadi contoh dalam penggunaan produk buatan desainer lokal yang sebelumnya lebih diminati turis asing. Belakangan, wanita yang dikenal sebagai seniman multitalenta ini kerap mengenakan busana pis bolong karya desainer Dayu Karang.
“Ketika pakaian itu dikenakan oleh seorang Ibu Gubernur, secara tidak langsung beliau sudah mempromosikan produk tersebut. Ini promosi gratis. Apa yang diterapkan oleh Ny. Putri Koster dalam upaya membangkitkan UMKM ini adalah langkah yang tepat,” ujar Prof. Ramantha.
Selain mengedukasi masyarakat agar menggunakan produk lokal, kegiatan pameran IKM Bali Bangkit yang digagas Dekranasda Bali dinilai sebagai hal yang patut diapresasi. Ramantha menyebut, pameran IKM Bali Bangkit bisa menjadi prototype bagi kabupaten/kota untuk melaksanakan hal serupa.
Ia berpendapat, sejumlah jurus jitu yang berhasil diaplikasikan Ny. Putri Koster dalam membangkitkan UMKM tak terlepas dari sosoknya sebagai seorang seniman yang paham ilmu ekonomi. Menanggapi apa yang disampaikan Prof. Ramantha, Ny. Putri Suastini Koster menyampaikan bahwa apa yang dilakukannya adalah bagian dari tanggung jawab yang diembannya sebagai Ketua Dekranasda.
Lebih jauh ia mengurai, salah satu tugas utama Dekranasda adalah menjembatani pelaku UMKM dengan konsumen. Dalam melaksanakan tugas itu, ia membangun sinergi dengan OPD terkait yaitu Disperindag Provinsi Bali.
Lebih jauh dikatakan, pendemi COVID-19 berdampak serius bagi pelaku UMKM di Pulau Dewata. “Namun jika direnungkan, di tengah keterpurukan yang dihadapi, kita sebenarnya diajak jeda dan berpikir sejenak tentang apa yang harus dilakukan dengan produk UMKM,” katanya.
Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari pandemi adalah kita diingatkan kembali pada alam, demikian halnya dalam proses produksi kerajinan seperti kain tenun lokal. “Kita dijauhkan dari bahan kimia. Semua kain yang diproduksi berbahan dari alam,” imbuhnya.
Satu hal lagi yang menjadi bahan perenungan di tengah pandemi adalah para pelaku UMKM diingatkan agar kembali merangkul konsumen lokal. Sebab, sebelumnya produk berkualitas hand made karya perajin lokal lebih banyak diekspor, sehingga masyarakat lokal asing dengan produk tersebut. “Sekarang, ketika ekspor lesu, saatnya kita rangkul konsumen lokal. Kenalkan produk berkualitas yang biasa diekspor kepada masyarakat kita,”ujarnya.
Ia lantas mencontohkan busana dengan aksesoris pis bolong karya desainer Bali yang sebelumnya diekspor ke Jerman. Menurutnya, desain rancangan Dayu Karang ini sangat simpel dan enak dikenakan untuk aktivitas sehari-hari. “Ini artinya, produk yang biasanya dibuat untuk memenuhi selera konsumen luar negeri, pas juga ketika kita kenakan,” tambahnya.
Masih dalam upaya membangkitkan UMKM di tengah pandemi, Dekranasda Bali juga memfasilitasi penyelenggaraan pameran yang bertajuk IKM Bali Bangkit di Gedung Ksirarnawa. Senada dengan Prof. Ramantha, Putri Koster berharap kegiatan serupa dilaksanakan di kabupaten/kota. (Winatha/balipost)
Credit: Source link