Cara mengembangkan potensi diri sebenarnya sangat mudah. Hanya saja harus mengetahui lebih dahulu tentang diri sendiri. Kenali lebih dalam apa yang di sukai, inginkan, dan wujudkan. Sayangnya, tidak semua orang mampu untuk menyatukan ketiga hal tersebut agar menjadi satu tujuan besar, yaitu menjadi diri sendiri yang berkualitas.
Kompetensi diri mencakup ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang merupakan modal penting dalam menghadapi pertumbuhan ekonomi dunia saat ini maupun di masa yang akan datang. Meskipun saat ini, Indonesia sedang dilanda pandemi Covid 19 dan kegiatan pembelajaran mahasiswa dilakukan secara daring (online) sebagai mahasiswa Kalimantan Barat tetap harus terus meningkatkan kompetensi diri.
“Banyak cara untuk meningkatkan kompetensi diri, salah satunya dengan mengikuti Sertifikasi Kompetensi (Serkom). Serkom ini bisa dilakukan secara offline dan online. Beberapa vendor seperti Oracle Academy, Cisco, Mikrotik dapat melaksanakan proses sertifikasi secara online,”ujar Muhammad Sony Maulana, Kaprodi Sistem Informasi UBSI Kampus Pontianak.
Lanjutnya, apalagi menyongsong era industri 4.0 dimana penerapan education 4.0 dilakukan berbasis Capaian Pembelajaran OBE (Outcame Based Learning). OBE adalah suatu proses pendidikan yang berfokus pada pencapaian hasil konkret tertentu yang ditentukan (pengetahuan berorientasi hasil, kemampuan dan perilaku). Salah satu cara mengukur capaian pembelajaran OBE adalah mahasiswa mengikuti uji kompetensi sebagai bahan evaluasi penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara sistematis dan obyektif mengacu pada standar kompetensi nasional maupun internasional.
“Untuk program studi vokasi (D3) berbasis rumpun ilmu komputer tentunya pembelajaran berfokus pengembangan aplikasi dengan menguasai beberapa bahasa pemrograman, seperti: C++, Java, PHP, .Net, dlsbnya,”paparnya.
Untuk mengukur tingkat pemahaman terhadap mahasiswa, tentunya PTS (Perguruan Tinggi Swasta) melalui Program Studi harus memiliki kerjasama yang baik dengan vendor (Certified Associate Programmer (CPA), Oracle Academy, Preinexus) ataupun dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (LSP Informatika dan LSP BSI).
“Dengan adanya sertifikasi diharapkan mahasiswa dan lulusan sudah siap menghadapi dunia industri 4.0 dan masyarakat 5.0.,”papar Sony. Adanya kerjasama dengan vendor dan BNSP bukan saja yang terpenuhi capaian pembelajaran OBE untuk mahasiswa tetapi dosen-dosen di Program Studi dituntut untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan menerapkannya di dunia industri serta lulus sertifikasi kompetensi juga.
Ia mengungkapkan bahwa proses sertifikasi kompetensi kepada mahasiswa ini sudah diterapkan oleh Program Studi Sistem Informasi Kampus Kota Pontianak Universitas Bina Sarana Informatika sejak 2016. Pelaksanaan uji kompetensi oleh vendor diantaranya CPA (Certified Associate Programmer) C++, Profisiensi System Basis Data (Preinexus) dan Cisco untuk mahasiswa semester 2. CPA C++ adalah sertifikat profesional yang mengukur kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan tugas pengkodean yang terkait dengan dasar-dasar pemrograman dalam bahasa C ++.
Prodi Sistem Informasi UBSI Pontianak sendiri memiliki 3 orang asesor kompetensi bidang programmer dan administrator Jaringan. “Dengan demikian diharapkan kualitas lulusan dan dosen Universitas Bina Sarana Informatika dapat bersaing di dunia industri 4.0 dan masyarakat 5.0.,”harapnya.