JawaPos.com – Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop-UKM) menargetkan 100 koperasi baru tiap tahun. Tapi, bukan sembarang koperasi. Melainkan yang berbasis digital, kawasan, komunitas, dan komoditas.
Deputi Bidang Pengawasan Kemenkop-UKM Ahmad Zabadi bertekad mengoptimalkan strategi transformasi koperasi modern pada 2021 ini. Dengan demikian, koperasi mampu menjadi bagian dari rantai pasok (supply chain). Khususnya, pada sektor riil yang memiliki daya ungkit tinggi.
“Koperasi harus menjadi bagian dalam sirkuit ekonomi. Dengan model inclusive closed loop yang melibatkan UMKM, koperasi, perbankan, dan offtaker (pembeli) yang terhubung dengan rantai pasok bisnis,” ungkapnya Minggu lalu (3/1).
Zabadi berharap, koperasi modern dan yang berbasis digital mampu meningkatkan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) per tahun. Setidaknya mencapai 5,1 hingga 5,5 persen pada 2024. Juga mencapai target 400 unit baru.
“Sesuai dengan amanat rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2019–2024,” imbuhnya.
Jumlah koperasi saat ini 126 ribu unit. Dalam empat tahun terakhir, sebanyak 81.686 unit koperasi dibubarkan. Sebab, sudah tidak aktif dan tidak menggelar lagi rapat anggota tahunan (RAT) sebagai agenda wajib.
Menurut Zabadi, koperasi saat ini masih bersifat berdiri sendiri. Padahal, koperasi tidak bisa dilepaskan dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain itu, skala dan nilai tambahnya masih kecil.
Sementara itu, Deputi Bidang Kelembagaan Kemenkop-UKM Rulli Nuryanto mengatakan bahwa pengembangan koperasi berbasis kawasan, komunitas, dan komoditas bisa meningkatkan daya saing.
Berdasar jenis, koperasi konsumen paling mendominasi. Komposisinya sebanyak 59,2 persen. Koperasi jenis itu biasanya juga menjalankan unit usaha simpan pinjam. Maka, perlu didorong untuk memanfaatkan teknologi dalam merespons kebutuhan anggota.
Credit: Source link