indopos.co.id – Stroke menempati urutan pertama penyakit penyebab kematian di Indonesia dan urutan kedua penyebab kematian di seluruh dunia, setelah penyakit jantung koroner. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Siloam Hospitals Manado dr Vekky Sariowan, Sp.JP mengatakan, bahwa berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, provinsi Sulawesi Utara menempati urutan ketiga dalam hal prevalensi penyakit stroke.
Menurut Vekky, ada dua macam tipe stroke ditinjau dari segi etiologi. Yakni, stroke yang disebabkan oleh sumbatan aliran darah atau yang dikenal dengan stroke iskemik. Dan stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak atau stroke hemoragik.
“Dua pertiga (2/3) dari total populasi pasien stroke terdiri dari stroke iskemik, dimana salah satu penyebabnya adalah “cardioembolic”,” beber Vekky Sariowan dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (10/10/2020).
Lebih jauh ia menjelaskan, fibrilasi atrium adalah suatu keadaan dimana serambi (atrium) jantung tidak berkontraksi secara normal atau hanya terjadi fibrilasi, menyebabkan jantung berdenyut secara ireguler. Keadaan ini menyebabkan aliran darah di serambi jantung menjadi stasis dan mudah terbentuk bekuan darah.
“Bekuan darah pada ruang jantung tersebut yang apabila terlepas dapat menyebabkan sumbatan aliran darah otak (cardioembolic),” ujarnya.
Ia menuturkan, salah satu langkah awal untuk mencegah terjadinya stroke adalah dengan melakukan deteksi dini penyakit fibrilasi atrium. Untuk itu penting sekali program edukasi kesehatan masyarakat bagaimana mencegah Stroke dengan Meraba Denyut Nadi Sendiri (Menari).
“Fibrilasi Atrium ini menjadi pedoman deteksi terbaru yang diterbitkan oleh perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular Eropa tahun 2020, khususnya mereka yang berusia di atas 65 tahun,” katanya.
Hal itu dilakukan lantaran lebih dari 30 persen penderita fibrilasi atrium gejala awalnya yakni stoke. Beberapa tindakan medis lanjutan untuk deteksi Stroke, menurutnya dengan melakukan penapisan atau pemeriksaan berkala pada setiap individu sehat yang berusia >65 tahun seperti pemeriksaan tekanan darah, rekam Jantung dan laboratorium.
“Pengobatan khusus yang diberikan pada pengidap stroke tergantung etiologinya. Seperti kami melengkapinya dengan tenaga dokter spesialis Neurologi dengan berbagai tingkat kompetensinya dan dokter spesialis Bedah Saraf Konsultan,” bebernya.
(mdo)
Credit: Source link