Koperasi di Buleleng Terapkan Sistem Digitalisasi

Produk – Gerakan koperasi yang sudah memiliki produk unggulan mengikuti pelatihan dalam menguatkan SDM dan menejemen berbasis digital. (BP/Mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Gerakan koperasi di Buleleng belakangan ini mampu tumbuh dan berkembang. Namun, akibat pandemi Virus Corona (Covid-19) gerakan koperasi ini turut terdampak. Meski begitu, gerakan koperasi di daerah ini dituntut agar bisa bertahan. Salah satu caranya dengan menerapkan menejemen berbasis digital.

Hal itu diungkapkan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana (PAS) saat membuka pelatihan teknis peningkatan sumberdaya manusia (SDM) koperasi beberapa waktu lalu.

Bupati Agus Suradnyana mengatakan, perekonomian sangat terganggu selama pandemi Covid-19. Akan tetapi, kondisi saat ini diperbaiki dengan perlahan. Untuk itu, pelatihan adalah langkah positif agar gerakan koperasi pasca pandemi nanti bisa bertahan dan bahkan mengalami kemajuan yang berarti. Saat ini yang terpenting adalah gerakan koperasi di Buleleng mengikuti era kekinian. Apalagi, di era revolusi industri 4.0 menuntut pengelolaan koperasi berbasis digital. “Dengan digitalisasi utamanya pada pemasaran produk. Pemanfaatan marketplace dan juga cara memasarkan produk,” kataya.

Menurut Bupati, produk yang dipasarkan pun bisa dimulai dari yang sederhana terlebih dahulu. Produk unggulan Buleleng dapat menjadi pilihan untuk dipasarkan melalui digitalisasi. Dengan memanfaatkan marketplace yang ada. Jika hanya mengikuti produk yang sudah dipasarkan dari luar daerah, dirasa sulit untuk bersaing. Kesulitan itu diakibatkan dari beberapa faktor. Misalnya, produk tidak memiliki sertifikasi halal dan tidak memakai bahan pengawet. “Saya dorong untuk memasarkan produk keunggulan Buleleng terlebih dahulu agar bisa lebih bersaing,” tegasnya.

Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UKM (Disdagperinkop-UKM) Buleleng Dewa Made Sudiarta mengatakan, pelatihan memberikan pemahaman bagi pengelola koperasi untuk melakukan tata kelola koperasi yang baik. Sisi kelembagaan dan pengelolaan keuangan yang harus mengedepankan keterbukaan.

Menurut Sudiarta, saat ini tercatat 30 koperasi di sektor riil yang mengikuti pelatihan ini. Keseluruhan dari peserta pelatihan menghasilkan produk unggulan. Peserta dilatih bagaimana mengembangkan produk-produk yang sudah dihasilkan. Agar memiliki daya saing dengan yang lainnya. Pada pembuatan produk, kemasan sampai dengan pemasarannya dengan basis digitalisasi dan perluasan akses pasar. “Dari sisi aspek permodalan karena mereka perlu juga perluasan akses keuangan untuk bisa mendukung kelangsungan usaha,” tegasnya. (Mudiarta/Balipost)

Credit: Source link