Virus corona di Italia membuat pemerintah memberlakukan protokol ketat (Foto: Quartz)
Seoul, Jurnas.com – Korea Selatan menuduh seorang pendeta konservatif melanggar aturan isolasi diri dan menghalangi penyelidikan kontak di sebuah gereja di mana 240 infeksi telah memicu wabah terburuk di negara itu dalam lebih dari lima bulan.
Gereja Sarang Jeil, yang dipimpin Pendeta Jun Kwang-hoon dilaporkan menjadi kluster COVID-19 di Seoul. Pada Minggu (16/8), Korea Selatan melaporkan 279 kasus baru. Sebagian besar kasus baru ditemukan di dan sekitar Seoul.
Selain infeksi yang terkait dengan gereja, terdapat pula klaster yang lebih kecil, termasuk sekitar 30 kasus yang terkait dengan kedai kopi Starbucks di kota Paju, utara Seoul.
Lonjakan kasus COVID-19 mendorong pihak berwenang memberlakukan kembali pembatasan jarak sosial yang lebih ketat di wilayah metropolitan Seoul pada Minggu (16/8).
Kementerian Kesehatan Korea Selatan mengatakan telah mengajukan pengaduan terhadap Jun, seorang kritikus pemerintah yang blak-blakan, karena melanggar aturan isolasi mandiri dengan mengikuti protes pada Sabtu (15/8).
Selain itu, Jun juga menghalangi penyelidikan medis terhadap wabah tersebut dengan tidak memberikan daftar lengkap dari anggota gereja untuk tes dan penelusuran.
Gereja Jun, Gereja Sarang Jeil, tidak menanggapi panggilan telepon dari Reuters yang meminta komentar.
Pada Sabtu (15/8), yang merupakan Hari Pembebasan Nasional di kedua Korea, ribuan demonstran berpartisipasi dalam protes jalanan menentang kebijakan Presiden Moon Jae-in, menalanggar larangan unjuk rasa di ibu kota.
Presiden Moon mengatakan wabah terbaru merupakan tantangan terbesar dalam upaya memerangi COVID-19 sejak sekelompok besar infeksi dilacak ke Gereja Yesus Shincheonji, sebuah sekte agama rahasia, enam bulan lalu.
Pada 1 Agustus, otoritas Korea Selatan menangkap pendiri sekte tersebut, Lee Man-hee, karena diduga menyembunyikan informasi penting dari pelacak kontak.
Presiden Moon memperingatkan “tindakan tegas dan kuat” terhadap “beberapa gereja,” menyebut perilaku mereka sebagai “tindakan tak termaafkan yang mengancam kehidupan publik.” (Reuters)
TAGS : Virus Corona Korea Selatan Kasus COVID-19Pendeta Konservatif Moon Jae-in Jun Kwang-hoon
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin