Layanan Aplikasi Telemedis untuk Pasien Isolasi Mandiri

Dokumen – Pecalang desa membantu mengirimkan makanan pada warga yang menjalani isolasi mandiri di Jalan Gatsu VI L, Denpasar, Kamis (1/7) kemarin. Pihak desa terpaksa menutup akses kompleks perumahan ini karena sekitar 20 orang warganya dinyatakan posistive Covid-19. (BP/Eka Adhiyasa)

JAKARTA, BALIPOST.com – Lonjakan kasus COVID-19 masih terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, khususnya Jawa dan Bali. Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 yang tidak bergejala dan bergejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah maupun karantina terpusat di pusat isolasi. Hal ini merupakan upaya untuk mengurangi beban pelayanan di RS, sehingga bisa diarahkan untuk pasien bergejala sedang-berat.

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, menghimbau agar proses skrining awal pasien COVID-19 dilakukan dengan ketat. “Diharapkan hanya pasien dengan gejala sedang dan berat/kritis yang dirawat di RS. Sedangkan pasien dengan gejala ringan atau tanpa gejala melakukan isolasi mandiri di rumah atau di fasilitas isolasi terpusat,” seru dr. Nadia.

Guna melengkapi layanan pasien COVID-19 yang selama ini sudah dilakukan di Puskesmas, dr Nadia menyebut, Kemenkes telah menyediakan layanan konsultasi dan paket obat isolasi mandiri COVID-19 secara gratis. Untuk hal ini pemerintah bekerjasama dengan 11 platform telemedicine yang tergabung dalam Aliansi Telemedik Indonesia (ATENSI). “Pasien secara langsung dapat memanfaatkan kode layanan untuk berkonsultasi dengan dokter dari salah satu platform telemedicine, serta mendapatkan paket obat apabila mengalami gejala ringan, atau vitamin bila tidak mengalami gejala apapun,” ujar dr. Nadia.

dr. Nadia menjabarkan bahwa telah ada 11 Platform telemedicine yang sudah bekerjasama dengan Kemenkes antara lain Alodokter, GetWell, Good Doctor dan GrabHealth, Halodoc,
KlikDokter, dan KlinikGo. Kemudian Link Sehat, Milvik Dokter, ProSehat, SehatQ, dan YesDok. Proses untuk mendapatkan layanan ini dimulai dari Lab pemeriksaan PCR yang terafiliasi dengan Kementerian Kesehatan. “Ada 743 Lab pemeriksaan PCR yang sudah terafiliasi dan terkoneksi langsung dengan Kemenkes, 114 Lab di antaranya ada di Jakarta. Sehingga data pasien yang dientri oleh 743 Lab itu akan terbaca oleh Kemenkes,” terang dr. Nadia.

Ketika hasil tes PCR di Lab tersebut terkonfirmasi positif COVID-19, maka Lab akan mengentri data pasien dan terhubung langsung dengan Kemenkes. Dalam jarak waktu sekitar 1 hari, pasien akan menerima pesan WhatsApp dari Kemenkes yang memuat link untuk konsultasi online dan sebuah kode untuk mendapatkan obat gratis. Pasien yang mendapatkan hasil PCR positif namun belum mendapatkan pesan WhatsApp juga dapat melakukan cek mandiri ke laman https://isoman.kemkes.go.id/panduan untuk mengetahui apakah mereka telah terdaftar di database Kemenkes sehingga berhak mendapatkan program telemedicine dan obat/vitamin
gratis ini.

Sampai sekarang, layanan telemedicine ditujukan untuk pasien yang baru terpapar setelah diluncurkan platform telemedicine ini, dan pasien tersebut berdomisili di area Jabodetabek.
“Jadi belum bisa orang langsung mencari dan melakukan konsultasi online tanpa di tes PCR pada Lab yang terafiliasi dengan Kemenkes. Karena kita perlu verifikasi apakah yang bersangkutan benar-benar sudah terpapar COVID-19 positif,” jelas dr. Nadia.

dr. Nadia juga menjelaskan bahwa setelah memiliki hasil tes PCR positif, pasien baru dapat berkonsultasi dengan dokter telemedicine, yang nantinya akan memberi diagnosa dan
menentukan resep obat/vitamin yang dibutuhkan pasien. Untuk saat ini, obat/vitamin akan dikirimkan dari jaringan apotek Kimia Farma yang telah bekerja sama. Dan untuk pengiriman obat/vitamin, program ini juga telah bekerja sama dengan perusahaan pengiriman Si Cepat.

“Platform telemedicine ini akan memberikan layanan konsultasi dokter gratis yang akan memberikan resep obat atau vitamin yang dibutuhkan oleh pasien isolasi mandiri, sesuai dengan gejala yang diderita dan hasil diagnosa dokter pada saat konsultasi. Setelah menerima resep, nanti pasien akan diberikan link dari dokter telemedicine, dimana pasien akan mengisi NIK, alamat lengkap dan upload resep yang telah diberikan. Isian tersebut akan terhubung ke sistem apotek Kimia Farma. Setelah Kimia Farma memberikan verifikasi, barulah bisa di update di sistem SiCepat untuk pengiriman obat ke pasien,” jelas dr. Nadia.

Di kesempatan yang berbeda, CEO dan Co-Founder Halodoc Jonathan Sudharta menyambut baik hadirnya program ini. “Keikutsertaan Halodoc dan 10 pelaku layanan telemedisin yang tergabung dalam ATENSi merupakan bagian dari tanggung jawab moral kami terhadap negara. Bagi Halodoc, program ini merupakan kelanjutan dari kontribusi kami sebagai aplikasi buatan anak negeri untuk membantu upaya percepatan penanggulangan COVID-19 di Tanah Air setelah sebelumnya aktif dalam akselerasi vaksinasi COVID-19 massal dan penyediaan tes COVID-19 secara drive thru.

Selain mengurangi beban di fasilitas kesehatan, penggunaan telemedisin juga dimaksudkan untuk melindungi pasien tanpa gejala atau bergejala ringan untuk mendapatkan terapi medis secara cepat dan tepat dari dokter berlisensi tanpa perlu keluar dari rumah. Kami tentunya berharap program ini berdampak untuk memperlambat laju transmisi virus COVID-19 di Indonesia,” ujar Jonathan. (Agung Dharmada/Balipost)

Credit: Source link