Tidak perlu waktu lama, dalam hitungan pekan konflik Rusia-Ukraina berlangsung, sebagian dari sistem ekonomi dunia sudah bergejolak. Salah satu contohnya sektor otomotif, industri yang sangat lekat dengan Eropa sebagai salah satu kiblatnya.
Sebut saja BMW, Mercedes-Benz, Volvo, Volkswagen, Renault, Daimler, Porsche, dan Ferrari semuanya adalah merek otomotif ternama dari benua itu. Meski Rusia dan Ukraina bukan lah pasar terbesar industri ini, tapi konflik kedua negara telah menimbulkan dampak luas dan “luka” bagi sektor otomotif.
Kenapa? Ini lebih karena terganggunya rantai pasokan ke pabrikan-pabrikan otomotif besar Eropa lantaran Ukraina selama ini merupakan negara pemasok komponen otomotif. Pabrik-pabrik mobil besar di Jerman menghentikan operasinya karena mengandalkan komponen buatan Ukraina, sementara pasokan untuk industri baja terpukul yang efeknya hingga ke Jepang.
Konflik juga menghambat ekspor komoditas besar Ukraina dan Rusia, mendorong harga minyak, gas alam, gandum dan minyak bunga matahari meroket. Mengutip Wall Street Journal, pengiriman dari pelabuhan Ukraina, koridor penting untuk pengiriman biji-bijian, logam, dan minyak Rusia ke seluruh dunia, telah dihentikan.
Ukraina adalah rumah bagi 22 perusahaan asing seperti Leoni yang menjalankan 38 pabrik yang membuat barang untuk industri otomotif, memproduksi kabel, elektronik, kursi, dan produk lainnya, menurut UkraineInvest, badan pemerintah yang mempromosikan investasi.
Rusia juga dikenal sebagai negara pemasok untuk komoditas yang kurang dikenal seperti gas neon dan paladium, bahan penting untuk membuat semikonduktor. Sebagaimana diketahui, selama ini industri manufaktur mobil telah terganggu oleh minimnya pasokan semikonduktor, dan ini bakal semakin diperparah oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: Pabrikan Jepang yang hentikan penjualan di Rusia
Baca juga: Daftar pabrikan otomotif yang terdampak konflik Rusia-Ukraina
Dampak sanksi
Konflik negara pecahan Soviet ini bukan hal sepele, karena sejarah panjang Rusia dan Ukraina sangat dekat dengan konflik di masa lalu, meskipun keduanya terbentuk dari pecahnya Rus Kiev yang pernah mencapai kejayaan pada abad 10 dan 11.
Hubungan Rusia-Ukraina memanas setelah lengsernya presiden Ukraina yang pro-Rusia Viktor Yanukovych pada 2014, yang kemudian membawa Ukraina masuk Uni Eropa dan NATO setelah revolusi Oranye. Konflik Rusia-Ukraina terkait Krimea dan keberadaan pangkalan militer NATO di Eropa Timur menjadi alasan kian memanasnya situasi.
Amerika Serikat yang oleh Putin dituding memiliki kepentingan di sana langsung merespons dengan menjatuhkan sanksi bagi Rusia atas serangannya ke Ukraina. Pun demikian dengan Uni Eropa yang berupaya melindungi kawasan dari kehancuran lebih fatal.
Sanksi ekonomi yang dijatuhkan UE dan AS pun bukan tanpa konsekuensi. Ini telah direspons oleh industri otomotif dengan menangguhkan operasinya di Rusia dan Ukraina, menghentikan pengiriman dan sebagian meninjau ulang investasinya.
Bukan hanya pabrikan Eropa, pabrikan Jepang, Amerika Serikat, bahkan China juga mengambil langkah serupa. Dan, ini tentu saja berimbas pada turunnya penjualan dan produksi yang pada akhirnya bermuara pada kinerja bisnis mereka.
Sederet pabrikan Jepang, Mazda misalnya, menghentikan pengiriman ekspor suku cadang ke pabrik patungan di Vladivostok, Rusia. Merek ini tahun lalu menjual 30.000 unit mobil di Rusia. Kemudian Honda menangguhkan ekspornya ke Rusia yang pada 2020 mencapai 1.406 unit kendaraan.
Rusia juga pasar penting bagi Nissan yang pada tahun lalu membukukan penjualan 53.000 unit di negara itu. Lalu Toyota, yang cukup populer di Rusia, setiap tahunnya memproduksi 80.000 kendaraan di pabriknya di St. Petersburg dan mempekerjakan kurang lebih 2.000 staf.
Otomotif Rusia
Dari sudut pandang lokal, industri otomotif Rusia cukup baik dan kuat, dengan merek lokal Lada di bawah Avtovaz masih tetap menguasai pasar sejak lama. Avtovaz merupakan manufaktur kendaraan pertama Rusia yang didirikan pada 1966 di Togliatti.
Memimpin pasar kendaraan penumpang Rusia selama lebih dari 50 tahun, merek Lada kemudian diakuisisi Grup Renault pada Januari 2017.
Hingga sekarang, Lada masih memimpin pasar otomotif Rusia, dengan penjualan pada 2021 mencapai 332.098 unit atau 22,3 persen dari total pasar nasional yang mencapai lebih 1,483 juta unit, diikuti Kia dengan 194.748 unit, Hyundai 155.882 unit, Renault 128.659 unit, dan Toyota 91.461 unit, demikian data dari Association of Russian Automakers.
“Kami berharap penjualan mobil baru akan tumbuh sebesar 3-5 persen pada tahun 2022. Namun, kami juga tidak mengecualikan penurunan penjualan sebagai akibat dari situasi yang rumit di dunia dan akhirnya sanksi terhadap Federasi Rusia,” kata Alexander Kovrigin, Deputy Managing Director of ASM Holding.
Pada segmen kendaraan komersial, perusahaan Rusia Gaz Group juga lumayan kuat di pasar domestik. Pada 2021, merek Gaz memimpin pasar kendaraan komersial ringan di Rusia dengan penjualan 56.015 unit, mengungguli Ford yang hanya 20.128 unit.
Menurut laporan, Gaz akan menghentikan produksi jika sanksi ekonomi benar-benar dijatuhkan untuk Rusia, dan sekarang sanksi sudah berlaku.
Meskipun Menteri Perindustrian dan Perdagangan Denis Manturov memperkirakan bahwa tingkat lokalisasi rata-rata di industri otomotif Rusia adalah 67 persen dan 75 persen pada beberapa model tertentu, tetapi para ahli yakin pabrikan mobil Rusia akan sangat terganggu bahkan tak bisa berproduksi akibat sanksi ekonomi.
Semoga peperangan dan konflik Rusia-Ukraina berakhir dengan damai, karena jika semakin meluas tentu lebih banyak negara dan pihak yang akan dirugikan.
Baca juga: Ferrari tak melihat dampak pada rantai pasokan dari krisis Ukraina
Baca juga: Pabrikan mobil top Rusia turut terkena imbas konflik Rusia-Ukraina
Baca juga: GAC perluas jaringan di Moskow saat otomotif global tinggalkan Rusia
Pewarta: Suryanto
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022
Credit: Source link