Masa Panen Raya Belum Masuk, Harga Gabah Sudah Merosot

JawaPos.com – Janji menteri perdagangan yang menjamin harga gabah petani meski impor dilakukan sulit untuk dibuktikan. Setidaknya ini terjadi di Sleman. Harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani Sleman mengalami penurunan menjelang panen raya. Umumnya GKG per kilogram (Kg) di atas angka Rp 5 ribu. Namun, kini merosot Rp 4.800 per kg.

“Ya, baru-baru ini kok merosotnya. Padahal di sini (Kabupaten Sleman, red) belum panen raya,” ungkap Sumini, 50, petani asal Margodadi, Sayegan seperti dikutip Radar Jogja, Sabtu (20/3).

Dia pun tak mengetahui pasti penyebab merosotnya harga padi. Namun, hal ini lumrah terjadi setiap tahunnya. Meski harga kebutuhan kerap naik, faktanya harga padi tak kunjung naik. “Sekali harga merosot, bertahan cukup lama,” kata dia.

Namun, penyebabnya bisa dipastikan lantaran panen raya. Berdasarkan pengamatannya, panen raya di Sleman belum akan terjadi dalam waktu dekat. Dipastikan antara satu sampai dua bulan lagi. Di Sayegan misalnya, mayoritas tanaman padi masih hijau dan baru tumbuh biji (katak).

Sumini mengatakan, harga GKG turun kurang lebih sepekan ini. Satu kuintal dihargai Rp 480.000 oleh pengepul. Sementara untuk gabah basah Rp 4.000 per kg. Padahal secara kualitas, jika dibandingkan panenan tahun lalu di periode yang sama, lebih bagus. Tidak diserang hama wereng dan airnya terjaga.”Kalau tahun lalu itu kan kemarau panjang jadi air susah, masih diserang hama,” terangnya.

Meski, masa tanam selama pandemi ini petani harus kuat modal karena harga pupuk mahal. Pupuk kimia eceran dijual Rp 33 ribu per 5 kilogram. Pupuk subsidi dari pemerintah Rp 95 ribu per 50 kg. “Pupuk subsidi kan terbatas. Tidak selalu dapat diandalkan kadang dapat kadang tidak,” katanya.

Editor : Mohamad Nur Asikin


Credit: Source link