Mendagri Sebut PKB ke-44 Momentum Bangkitnya Pariwisata dan Ekonomi Bali

Tangkapan layar Mendagri Tito Karnavian saat memberikan sambutan pembukaan PKB 2022. (12/6). (BP/iah)

DENPASAR, BALIPOST.com – Mewakili Presiden RI, Joko Widodo, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengapresiasi terselenggaranya PKB ke-44 Tahun 2022 secara offline. Pasalnya, pada 2020 PKB digelar secara daring dan pada 2021 digelar secara hybrid karena dampak pandemi COVID-19.

Menurutnya, PKB Ke-44 ini momentum bangkitnya pariwisata dan ekonomi Bali. “Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden menyampaikan apresiasi tinggi kepada Bapak Gubernur Bali (Wayan Koster, red) dan semua pihak, sehingga dapat terlaksananya acara secara langsung, fisik, masif di tahun 2022 ini,” ujar Tito, Minggu (12/6) saat membuka secara resmi PKB ke-44.

Mendagri mengungkapkan apresiasi diberikan karena pandemi COVID-19 sudah cukup terkendali di Bali. Ia mengungkapkan bahwa Bali paling terdampak akibat pandemi COVID-19.

Ekonomi yang mengandalkan pariwasata sangat terdampak. Namun, berkat kerja keras Gubernur Bali, seluruh tokoh, seluruh stakeholder di Bali, pandemi dapat tertangani dengan baik. Hal ini ditandai dengan capaian vaksinasi di Bali sangat tinggi. Baik vaksinasi 1, 2 maupun vaksinasi 3 (booster).

“Vaksinasi di Bali adalah satu-satunya vaksinasi tercepat di Indonesia, sampai daerah-daerah lainnya di Indonesia belajar ke Bali. Kenapa? karena ada (program vaksinasi, red) sistem banjar, semua berbasis banjar. Sehingga, vaksinasi tahap pertama, tahap kedua sangat cepat. Dan bahkan survei antibody, dimana antibody masyarakat Bali sangat tinggi, lebih dari 90 persen,” sebutnya.

Meskipun demikian, ia tetap mengimbau kepada masyarakat Bali agar tetap waspada. Terutama tetap taat menerapkan protokol kesehatan (prokes). Di samping juga mendukung program vaksinasi booster.

Meskipun, capaian vaksinasi booster di Bali tertinggi di Indonesia, mencapai 70 persen, namun masyarakat yang telah menerima vaksinasi kedua diminta untuk mengikuti vaksinasi booster. Hal ini penting agar semua aktivitas di Bali kembali normal seperti sebelum adanya pandemi COVID-19. “Pesta Kesenian Bali ke-44 ini merupakan momentum penting untuk kembalinya ekonomi dan pariwisata Bali,” tegasnya.

Terkait tema PKB ke-44, yaitu “Danu Kerthi: Huluning Amreta” (Memuliakan air sebagai sumber kehidupan), mantan Kapolri ini mengatakan bahwa tema ini sangat tepat. Sebab, air merupakan sumber kehidupan bagi kita dan makhluk hidup yang ada di alam.

Apabila tidak ada air, maka kita dan seluruh makhluk hidup akan mati. Sehingga, air harus dimuliakan sebagai sumber kehifupan. Sebab, salah mentreatment air akan menjadi sumber penyakit dan bencana yang luar biasa, seperti banjir bandang dan tsunami.

“Memuliakan air sebagai sumber kehidupan sekaligus agar menjadi kawan dan tidak menjadi bencana ini perlu terus kita dengungkan. Dan pada Pesta Kesenian Bali ini, saya paham bahwa para maestro dan para seniman Bali berupaya merangkai semua kreativitasnya dalam rangka untuk memualiakan air,” jelasnya.

Mendagri Tito Karnavian juga mengapresiasi bahwa PKB ke-44 ini tidak hanya diisi oleh seniman dan kesenian Bali, namun juga dari luar daerah Bali. Menurutnya, Bali adalah Indonesia, dan Indonesia adalah Bali.

Dijelaskan, Bali merupakan bagian dari Indonesia, tetapi Indonesia tanpa Bali menjadi hampa. “Kenapa? Karena seninya luar biasa, karena sumber pemasukan Bali adalah pariwisata berbasis budaya, termasuk di dalamnya kesenian. Apabila nanti IKN (Ibu Kota Negara, red) baru di Kalimantan sudah selesai, Jakarta akan menjadi Ibu Kota Ekonomi, IKN Baru di Kalimantan menjadi Ibu Kota Politik, maka Ibu Kota Pariwisata adalah Bali. Dan saat ini sedang berlangsung pembahasan di DPR RI mengenai sejumlah Undang-Undang Provinsi. Salah satunya Undang-Undang Provinsi Bali. Karena Undang-Undang yang lama itu masih Bali-Nusra (Bali, NTB, dan NTT),” ungkapnya.

Dalam Undang-Undang Provinsi Bali ini, selaku Mendagri, Tito Karnavian akan memperjuangkan pasal khusus pengakuan budaya, tradisi, dan seni Bali. “Ini penting, supaya budaya, tradisi, dan seni Bali dapat terlindungi dari arus modernisasi termasuk kebijakan-kebijakan pusat yang mungkin dapat menggerus budaya, tradisi, dan seni,” pungkasnya. (Winatha/balipost)

Credit: Source link