Mengapa Buya Hamka Menolak Dimakamkan di TMP Kalibata?

JawaPos.com – Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang juga dikenal dengan panggilan Buya Hamka memiliki jasa besar bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perannya yang besar itu membuat dia kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK 113/TK/Tahun 2011 tanggal 7 November 2011.

Hamka yang meninggal pada 24 Juli 1981 sempat diminta oleh pemerintah untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata Jakarta Selatan. Namun, tawaran tersebut justru ditolak pihak keluarga mengikuti wasiat dari Hamka secara langsung yang disampaikan sebelum meninggal dunia.

“Nambo menolak untuk dimakamkan di TMP Kalibata. Padahal saat itu pemerintah sudah menawarkan untuk dimakamkan di TMP Kalibata,” kata Ali Akbar Hasyemi, cicit dari Buya Hamka, Selasa (28/3).

“Bahkan pada saat Buya Hamka meninggal, sudah ada tiga ambulans yang menunggu dari yayasan Bunga Rampai, Rumah Gadang, dan pemerintah. Tapi keluarga memilih untuk menggunakan ambulan dari Rumah Gadang dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir sesuai pesan Buya,” ujarnya.

Melalui keterangan resmi kepada JawaPos.com, Ali Akbar Hasyemi menjelaskan alasan Hamka lebih memilih dimakamkan di TPU Tanah Kusir dibandingkan dibaringkan di tempat peristirahatan terakhir TMP Kalibata. Menurutnya, Hamka mau dimakamkan di Tanah Kusir supaya lebih mudah diziarahi oleh masyarakat kapan saja.

“Seperti kita tahu, kalau untuk ziarah ke TMP Kalibata harus melewati berbagai proses perizinan. Buya Hamka ingin dekat dengan masyarakat, dan siapapun bisa berziarah kapan saja,” tuturnya.

Selama hidup, ketokohan Buya Hamka tecermin sebagai seorang sastrawan, pemuka agama, dan wartawan. Salah satu kontribusinya pada dunia Islam di tanah air adanya Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dia dirikan dan sampai sekarang berdiri kokoh memayungi semua ormas keagamaan.

Selain itu, Buya Hamka juga memiliki sejumlah karya dengan kapasitasnya sebagai tokoh agama. Diantaranya adalah Tafsir Al-Azhar, Tasawuf Modern, dan Falsafat Hidup. Sebagai sastrawan, dia menulis sejumlah novel seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau Ke Deli, dan Di Bawah Lindungan Ka’bah.

Ketokohan sekaligus keteladanan Hamka dapat ditonton lewat film berjudul Buya Hamka yang akan tayang di momen lebaran Idul Fitri 2023. FIlm ini diperkuat sejumlah pemain yaitu Vino G Bastian, Laudya Chintya Bella, Dessy Ratnasari, Donny Damara, Reza Rahadian, Ayu Laksmi, serta Anjasmara.

Film juga diperkuat oleh peran Marthino Lio, Reybong, Mawar De Jongh, Mathias Muchus Verdi Solaeman, Teuku Rifnu Wikana, dan Ben Kasyafani. Tak ketinggalan ada juga Wafda Lubis, Ferry Salim, Donny Kesuma, Cok Simbara, Roy Sungkono, Yoriko Angeline, Ajil Ditto, Zayyan Sakha, dan Yoga Pratama.

Film Buya Hamka dibuat dengan sangat serius dikerjakan oleh rumah produksi Falcon Pictures dan Starvision dengan total durasi sekitar tujuh jam dibagi ke dalam tiga volume. Diulas mulai dari Hamka kecil hingga dia menjadi ketua MUI. Film ini diklaim sebagai film dengan biaya produksi termahal di Indonesia.


Credit: Source link