Mengawal Kisah Tolkien di The Rings of Power

Setelah penguasa kegelapan Morgoth dikalahkan, Dunia Tengah belum mendapat kedamaiannya. Sang abdi setia Sauron datang menebar teror. Kerajaan Numenor terancam hancur. Hubungan antara manusia dan elf pun diuji.

SETELAH bertahun-tahun berlalu, Galadriel (Morfydd Clark) belum lupa dengan kematian sang kakak Finrod (Will Fletcher). Finrod tewas saat mengejar Sauron, abdi setia Morgoth yang telah berhasil dia tumbangkan. Walau Dunia Tengah kini tenteram, Galadriel yakin Sauron masih ada dan siap menebar ketakutan. Namun, situasi tenang itu melenakan Gil-galad (Benjamin Walker), raja elf yang menguasai Lindon.

Sang raja menyatakan, perang sudah benar-benar usai. Para kesatria peri pun mendapat kehormatan berlayar ke Valinor, dunia abadi yang penuh damai. Namun, di momen itulah, petaka hadir. Hubungan antara manusia dan peri terusik. Para peri meyakini, masih ada sebagian besar manusia yang merupakan keturunan sekutu Morgoth.

Konflik itu pun menempatkan elf Silvan Arondir (Ismael Cruz Cordova) dalam situasi sulit. Sebab, dia jatuh hati kepada Bronwyn (Nazanin Boniadi), manusia penyembuh. Pada waktu yang sama, putra tunggal Bronwyn Theo (Tyroe Muhafidin) menemukan pedang patah dengan logo Sauron.

Ketenangan pun perlahan pudar di desa para Harfoot. Harfoot muda Nori Brandyfoot (Markella Kavenagh) menyaksikan jejak makhluk misterius di hutan beri dekat desa mereka. Tetua para hobbit Harfoot Sadoc Burrows (Lenny Henry) pun merasa, sesuatu yang buruk segera muncul. Dia merasakan hal itu lewat langit yang tampak aneh serta tanda-tanda di alam yang sesuai dengan kitab nubuat.

Dunia Tengah kini berada dalam ancaman kekuatan jahat. Seluruh makhluk –elf, kurcaci, hobbit, manusia, dan lainnya– bersatu melawan Sauron dan segenap penguasa kegelapan. Galadriel dan para kesatria elf yang belum menyeberang ke Valinor pun turun tangan. Mereka tak mau masa gelap di masa Morgoth datang lagi.

The Lord of the Rings: The Rings of Power menjadi rilisan Amazon Prime Studio yang paling besar. Bujet produksi tinggi. Tim produksinya pun ’’total” dalam melakukan riset dan pengembangan cerita. Fans bakal diajak ke Second Age, masa ketika cincin mulai diciptakan. Maklum, cerita itu berjarak empat abad dari kisah The Hobbit. Beberapa tokoh ikonik –seperti Sauron dan Galadriel– masih muda.

Di proyek raksasanya, tim Amazon tetap berani mengambil risiko. Untuk kali pertama, proyek The Lord of the Rings memiliki tokoh sentral non-kulit putih. Walau m endapat tentangan beberapa penggemar, duo showrunner J.D. Payne dan Patrick McCay tak patah arang. Mereka bahkan mendapat dukungan cast film orisinal, penulis, hingga tokoh lainnya.

Serial yang terdiri atas delapan episode itu merupakan karya pertama Payne dan McCay sebagai showrunner. Keduanya ditunjuk Amazon Prime Video atas rekomendasi J.J. Abrams. Kiprah newbie itu mendapat apresiasi Maxim Baldry, pemeran Isildur. ’’Keduanya fans berat Tolkien dan punya pengetahuan seperti ensiklopedia tentang dunia itu. Show ini mereka kerjakan dengan penuh kehati-hatian dan cinta,” ungkapnya dalam wawancara dengan Complex.

Di sisi lain, duet Payne-McCay juga sangat terbuka dengan para cast dalam memperkenalkan sebuah karakter. Termasuk tokoh ’’pertama”, seperti Putri Disa, dwarf perempuan dan non-kulit putih pertama. ’’Karakterku diciptakan lewat diskusi bersama dengan mata dan telinga terbuka. Aku beruntung, showrunner kami menyambut tiap ide, pemikiran, pertanyaan, dan narasi kreatif,” lanjutnya.

McCay mengakui, dirinya paham ada anggapan serialnya melenceng dan tak akurat jika dibandingkan karya Tolkien. Namun, pria yang juga mengerjakan bakal film keempat Star Trek itu menilai, The Lord of the Rings bukanlah ’’materi” yang mandek pada satu linimasa tertentu. Karya itu juga bukan merupakan alegori situasi politis di satu masa.

’’Dalam tulisannya, Tolkien tidak mengomentari suatu kejadian historis yang sedang atau telah terjadi. Dia tidak mencoba untuk menyampaikan pesan politis. Yang Tolkien ciptakan adalah mitos yang abadi,” paparnya. McCay dan Payne pun berpegang pada spirit itu. Mereka tidak mau menerjemahkan cerita, lantas terasa kuno. ’’Kami ingin menciptakan karya yang abadi, sebagaimana buku-buku Tolkien masih relevan dengan pembaca dari beragam generasi,” tegas Payne.

THE RINGS OF POWER DALAM ANGKA

38 LOKASI: Total titik lokasi syuting di Selandia Baru. Sebanyak 15 di antaranya ada di Auckland.

LEBIH DARI 700 ORANG: Jumlah extra yang seluruhnya merupakan warga lokal.

9.500 SHOT: Perkiraan jumlah VFX atau efek visual yang muncul di satu musim The Rings of Power. Semuanya dikerjakan 1.500 kru VFX.

8 BULAN: Lama waktu penggarapan musik latar yang dibutuhkan Howard Shore dan Bear McCreary untuk total 15 lagu tema.

25 JUTA PENONTON: Jumlah audiens The Rings of Power dalam 24 jam penayangan episode pertama secara global.

NYARIS USD 500 JUTA (RP 7,483 TRILIUN): Bujet produksi untuk satu musim The Rings of Power.

TRIVIA

– Tyroe Muhafidin sebagai pemeran Theo memiliki darah Indonesia. Ayah Tyroe, Afid Muhafidin, berasal dari Brebes, Jawa Tengah. Ibunya, Rachel Muhafidin, merupakan warga negara Australia.

– Sebelum tayang, tim Amazon Prime Video berdiskusi dengan kritikus dan akademisi Tolkien, admin fansite, dan influencers dalam skrining terbatas pada Mei 2022 untuk memastikan cerita Tolkien tetap terjaga.

– Ketika berangkat ke Selandia Baru pada 2019, seluruh cast tidak tahu tokoh apa yang bakal mereka perankan di film. Mereka hanya diberi tahu lolos casting untuk proyek The Lord of the Rings.

– Sama seperti karakternya, Bronwyn sang penyembuh, Nazanin juga pernah menempuh pendidikan dokter sebelum menjadi aktris.

The Lord of the Rings: The Rings of Power

Showrunner: J.D. Payne, Patrick McCay

Sutradara; J.A. Bayona, Wayne Che Yip, Charlotte Brandstrom

Penyiaran: Amazon Prime Video

Episode: 8 (telah tayang empat episode)

Jadwal tayang: Tiap Jumat

Pemeran: Morfydd Clark, Fabian McCallum, Kip Chapman, Lenny Henry, Will Fletcher

IMDb: 6,9/10

Rotten Tomatoes: 84%


Credit: Source link