Napak Tilas ke Uzbekistan, Puan Bahas Pariwisata Halal dan Gender

by

in

JawaPos.com – Ketua DPR RI Puan Maharani melakukan pertemuan bilateral dengan Ketua Senat Parlemen Uzbekistan, Tanzila Narbaeva. Pertemuan tersebut digelar di sela-sela gelaran Women Speakers Summit Inter-Parliamentary Union (IPU) atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) para ketua parlemen perempuan dunia.

IPU 14th Summit of Women Speakers of Parliament (14SWSP) diselenggarakan di ibu kota Uzbekistan, Tashkent. Puan dan Tanzila Narbaeva melakukan pertemuan bilateral di hari kedua penyelenggaraan 14SWSP,.

Dalam pertemuan keteranga tertiulisnya pada JawaPos.com, Puan mengapresiasi Senat Uzbekistan sebagai tuan rumah penyelenggaraan 14SWSP. Karena menurutnya, isu kesetaraan gender merupakan isu utama yang saya selalu perjuangkan di Indonesia dan di tingkat global.

“Karena itu saya tertarik berpartisipasi pada acara the 14th Summit of Women Speakers of Parliament,” kata Puan.

Kepada Tanzila Narbaeva, perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu mengungkapkan rasa gembiranya bisa datang ke Uzbekistan. Menurut Puan, kehadirannya ke Uzbekistan memiliki nilai historis.

“Dulu kakek saya, Presiden Soekarno mengunjungi Uzbekistan pada tahun 1956 dan meminta pemerintah Uni Sovyet menemukan dan memugar makam Imam Al-Bhukari,” tuturnya.

“Jadi kunjungan saya ke Uzbekistan merupakan napak tilas. Eratnya hubungan kedua negara dapat terlihat dari banyaknya masyarakat Uzbekistan yang mengenal Bung Karno,” sambung Puan.

Puan juga mengapresiasi hubungan baik antara Indonesia dan Uzbekistan di mana hubungan diplomatik kedua negara telah mencapai 30 tahun sejak tahun 1992. Oleh karenanya, ia menilai pertemuan bilateral ini menjadi momentum untuk membahas peningkatan berbagai kerja sama Indonesia dengan Uzbekistan.

“Uzbekistan merupakan mitra dagang strategis bagi Indonesia di Asia Tengah. Saya mengapresiasi kepercayaan Uzbekistan terhadap perusahaan Indonesia untuk kerja sama investasi,” ungkap Puan.

Kerja sama investasi yang dimaksud termasuk investasi Uzbekistan di Indonesia dalam bidang telekomunikasi dan penandatanganan kerja sama di bidang pariwisata dan pengelolaan hotel pada area mausoleum Imam Al-Bukhari di Samarkand. Puan memandang, perlu didorong misi bisnis dan promosi kedua negara.

“Terkait bidang pendidikan, sosial, dan budaya, saya mengapresiasi terbentuknya ‘Uzbekistan–Indonesia Friendship Society’ yang merupakan wadah bagi program Darmasiswa yang diberikan Indonesia bagi mahasiswa yang berasal dari Uzbekistan,” paparnya.

Puan pun memberi penghargaan atas kegiatan pengajaran Bahasa Indonesia di berbagai universitas di Uzbekistan, antara lain di Tashkent State University of Oriental Studies dan Samarkand State Institute of Foreign Language. Ia memandang, perlu ada peningkatan kerja sama dalam bidang pariwisata.

“Sebagai negara yang sama-sama memiliki penduduk mayoritas Muslim, Indonesia (Provinsi NTB) dan Uzbekistan (Bukhara) telah memiliki kerjasama Halal Tourism,” jelas Puan.

Lebih lanjut, mantan Menko PMK itu menilai pentingnya diplomasi parlemen baik secara bilateral maupun multilateral. Apalagi, kata Puan, DPR RI dan Parlemen Uzbekistan selama ini telah berinteraksi dalam forum parlemen seperti IPU dan Asian Parliamentary Assembly (APA).

“Selain itu, DPR RI telah membentuk Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) dengan 102 parlemen negara sahabat, termasuk Parlemen Uzbekistan. Hal ini sebagai wujud keinginan membangun dan memperkuat hubungan antarparlemen kedua negara,” terangnya.

Puan juga memuji kepemimpinan Tanzila Narbaeva. Ia berharap, DPR RI dan Parlemen Uzbekistan dapat mempererat kerjasama dalam rangka peningkatan kapasitas kepemimpinan perempuan dan mempromosikan kesetaraan gender, guna mendorong perempuan terlibat dalam bidang politik dan pembuatan kebijakan.

“Sebagai sesama Ketua Parlemen wanita, saya mengapresiasi kepemimpinan Yang Mulia pada Women`s Speaker Summit ini,” ucap Puan.

Hal senada juga disampaikan oleh Tanzila Narbaeva. Dalam kesempatan itu, Tanzila turut mengucapkan selamat kepada Puan yang baru saja berulangtahun pada tanggal 6 September lalu.

Menurut Tanzila, kunjungan Puan menjadi momen penting dan bersejarah bagi hubungan Indonesia dengan Uzbekistan. Ia pun menyinggung jasa Bung Karno yang besar untuk rakyat dan negaranya karena sang proklamator membantu menemukan dan mendorong pemugaran makam Imam Al-Bukhari, tokoh islam besar Uzbekistan.

“Bung Karno juga berjasa karena termasuk kelompok pimpinan negara pertama yang berkunjung ke Uzbekistan, saat masa Uni Sovyet. Dan Presiden Soekarno termasuk pemimpin dunia pertama yang melakukan ziarah ke makam Imam Al-Bukhari,” kata Tanzila.

Mengingat adanya hubungan sejarah tersebut, Tanzila mengusulkan pembinaan hubungan yang lebih mendalam antara Indonesia dengan Uzbekistan. Mulai dari peningkatan hubungan ekonomi, pariwisata, sosial, dan antar parlemen.

Tanzila pun menilai terbukanya kemungkinan kerja sama sister city antara Kota Samarkand dan Surabaya, serta ada juga usulan diadakannya ‘Indonesian Day’ di Tashkent.

“Uzbekistan melihat, ada potensi kunjungan ziarah jemaah Indonesia ke Samarkand, setelah melakukan Umrah,” tambahnya.

“Kami juga mengundang Ibu Puan Maharani dan Delegasi DPR untuk secara khusus melakukan kunjungan ke Tashkent,” sambung Tanzila.

Selain bertemu Ketua Senat Parlemen Uzbekistan, Puan juga melalukan pertemuan bilateral dengan Sekjen IPU, Martin Chungong. Dalam pertemuan tersebut, Puan menyampaikan beberapa informasi terkait kesiapan DPR sebagai tuan rumah pelaksanaan the 8th Parliamentary Speakers’ Summit (P20) yang akan dilaksanakan pada 5-7 Oktober di Jakarta.

Adapun tema yang diusung dalam P20 adalah ‘’Stronger Parliaments for Sustainable Recovery’’.

“Tema ini sejalam dengan pandemic recovery yang menempatkan parlemen di posisi kunci dalam memastikan terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat secara inklusif,” kata Puan.

“Pertemuan P20 akan mengundang seluruh parlemen negara anggota G20, parlemen negara sahabat, dan tentu saja IPU, sehingga dapat menjadi forum yang efektif untuk membahas dan mencari solusi berbagai isu global yang menjadi perhatian bersama,” imbuhnya.

Ditambahkan Puan, pertemuan P20 menjadi sangat relevan guna memberikan pandangan dan perspektif parlemen terhadap berbagai isu yang dibahas dalam agenda G20. Sehingga diharapkan berbagai capaian G20 nantinya berfokus pada upaya recovery yang menitikberatkan pada individu (people-centered).

“Saya ingin menegaskan kembali kesiapan DPR RI untuk terus bekerjasama dan berkolaborasi dengan IPU guna menyukseskan pelaksanaan the 8th Parliamentary Speakers’ Summit (P20) di Jakarta,” ucap Puan.

Puan juga menyinggung soal pertemuan inti dari P20 di mana nantinya DPR bersama IPU akan menyelenggarakan Parliamentary Forum in the Context of the G20 Parliamentary Speakers’ Summit yang berlangsung pada 5 Oktober 2022.

Pertemuan itu akan membahas mengenai kontribusi parlemen negara-negara anggota G20 dalam merespon berbagai tantangan global yang ada saat ini. Salah satunya, sebut Puan, yaitu dengan memperkuat multilateralisme dan kerjasama global.

“Mengingat pentingnya peran parlemen dalam menjawab berbagai tantangan global dan memastikan post-pandemic recovery yang inklusif, maka saya memandang bahwa seluruh parlemen perlu hadir dalam perhelatan the 8th Parliamentary Speakers’ Summit (P20) ini,” urainya.

“Untuk itu, saya berharap dukungan dari IPU untuk dapat mendorong kehadiran seluruh parlemen anggota G20 dalam the 8th Parliamentary Speakers’ Summit (P20) ini,” tutup Puan.


Credit: Source link