JawaPos.com – Strategi pakan mandiri jadi senjata rahasia pembudidaya ikan nila di Desa M. Sitiharjo. Dengan rerata jumlah produksi hingga 20 ton, sedikitnya Rp400 juta mampu mereka kantongi tiap bulan.
Pakan ikan merupakan komponen terpenting dalam budidaya. Pasalnya, hampir 70% dari modal dikeluarkan untuk hal ini. “Setiap pembudidaya sangat bergantung pada pelet dari pabrik. Kalau tidak mencari solusi, keuntungan atau margin profit yang mereka dapatkan tipis sekali,” jelas Ahmad Rukbi Penyuluh Perikanan Kabupaten Musi Rawas.
Dalam membudidayakan ikan, pembudidaya harus menerapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB). Tujuannya ialah untuk meningkatkan mutu hasil perikanan yang lebih efektif dan efisien, serta terjaminnya keamanan pangan dari produk perikanan.
Metode CBIB mengatur penggunaan pakan sesuai ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI). Di mana pakan diatur sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan ikan dengan komposisi protein 25%, lemak 5%, serat kasar hingga 8%, abu 13%, serta kandungan air maksimal 12%.
Kebutuhan perkembangan usaha pun menuntut pembudidaya di Desa M. Sitiharjo menjadi lebih kreatif. Dengan memanfaatkan bahan baku yang murah dan mudah didapatkan seperti ampas kelapa, dedak, tepung ikan, dan beberapa bahan lain, pakan mandiri dapat mereka produksi.
Proses pembuatan pakan mandiri terdiri dari empat tahapan proses. Pertama adalah penepungan atau peleburan bahan baku yang masih padat menjadi tepung. Proses ini bertujuan agar pada proses pengolahan selanjutnya bahan baku mudah untuk dibentuk. Bahan baku yang telah berubah menjadi tepung selanjutnya dicampur merata dengan menggunakan mesin pencampur atau mixer.
Setelah tercampur, campuran bahan baku pakan dicetak menjadi pelet. Terakhir, untuk menjaga ketahanan pakan, pakan dikeringkan secara manual dengan menjemurnya di bawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering.
Pakan mandiri menjadi cara bagi pembudidaya meningkatkan potensi keuntungan dengan tetap memberikan nutrisi yang baik bagi ikan nila. “Untuk pakan pabrik kan harganya bisa lebih dari Rp10.000/kg, sedangkan untuk modal pakan mandiri kalkulasinya hanya Rp6.000/kg,” tambah Rukbi.
Dengan menggunakan pakan mandiri, keuntungan yang diperoleh pembudidaya semakin meningkat karena biaya produksi yang dikeluarkan semakin rendah. Hal ini juga diharapkan dapat terus diminati pembudidaya dan berkontribusi pada produksi perikanan nasional. Sebagaimana sebelumnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menargetkan produksi perikanan budidaya dapat mencapai 18,77 juta ton pada tahun 2022.
KKP terus mendukung peningkatan taraf hidup pelaku usaha kelautan dan perikanan melalui berbagai bentuk dukungan, diantaranya melalui pendampingan para penyuluh perikanan di daerah. Selain itu, KKP juga turut menjamin kebutuhan permodalan melalui dukungan dana bergulir yang dikelola oleh salah satu unit kerjanya, yaitu Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : ARM
Credit: Source link