Indonesia’s Got Talent (IGT) musim ketiga berakhir pada Senin (3/10) malam. Kelompok paskibra asal SMKN 2 Garut, Pasheman ’90, keluar sebagai juara. Mereka berhasil menyisihkan Cassidy Lee, Fritzy Rosmerian, Eternals, dan N-Lions dengan perolehan voting terbanyak via aplikasi RCTI+.
—
JAKARTA – Penampilan Pasheman ’90 di grand final tak hanya mendatangkan banyak dukungan di aplikasi. Para juri (Ivan Gunawan, Denny Sumargo, Rossa, dan Reza Arap) juga kagum. Ivan lantas memberikan pujian untuk para anggota. ”Kalian sudah menjadi idola di televisi,” ujar host yang juga desainer itu.
Sejak kali pertama kemunculan mereka di babak audisi, Pasheman ’90 cukup mencuri perhatian. Atraksi mereka terbilang unik. Menggabungkan gerakan paskibra, baris-berbaris, dan koreografi ritmis. ”Kami juga ambil inspirasi dari kesenian Sunda,” ujar Saddam Maulana, salah seorang anggota, saat ditemui Jawa Pos beberapa waktu lalu.
Pasheman ’90 terbentuk pada 1994 di SMKN 2 Garut. Sejak 2004, mereka berinovasi. Alih-alih hanya fokus di gerakan paskibra dan baris-berbaris, para peserta dan pengajar memasukkan unsur koreografi. Jadi, gerakan mereka tegap, tegas, namun menyenangkan dan menghibur untuk dilihat.
Ketika dihubungi Jawa Pos lewat pesan teks Jumat (7/10), Pasheman ’90 baru saja merayakan kemenangan di kota asal mereka, Garut. Mereka disambut oleh pemerintah, aparat, sekolah, serta warga. Dalam sebuah video yang diunggah ke akun Instagram @pasheman90, para anggota diarak dengan bus terbuka dan disoraki warga sepanjang jalan.
Selain itu, Pasheman ’90 juga mengadakan jumpa fans, tasyakuran, serta santunan anak yatim di sekolah mereka, SMKN 2 Garut. ”Mudah-mudahan rezeki yang kami dapatkan bisa membawa keberkahan bagi kita semua,” ujar Saddam kepada Jawa Pos via pesan teks.
Saat diumumkan sebagai pemenang pada grand final IGT, Pasheman ’90 mengaku tak menyangka. Bagi mereka, bisa masuk grand final saja sudah luar biasa. ”Kami sudah pasrah saja soal hasil akhir. Mau juara I atau berapa pun, yang penting kami sudah berusaha maksimal,” tambah Saddam.
Atas kemenangannya, Pasheman ’90 berhak atas uang tunai Rp 150 juta dan satu unit mobil. Rencananya, uang tunai akan dibagi rata kepada para anggota untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Lantas, hadiah mobil akan dipersembahkan untuk pihak sekolah sebagai inventaris. ”Bisa dipakai untuk kebutuhan sekolah dan Pasheman ’90,” ujar Saddam.
Seusai IGT, perjuangan Pasheman ’90 belum berakhir. Inilah saat bagi mereka untuk tetap mengembangkan diri dan senantiasa relevan. Saddam mengatakan bahwa dirinya dan teman-temannya tetap akan berkarya dan berlatih lebih disiplin.
Salah satu strategi yang bakal digunakan Saddam dan teman-temannya adalah dengan lebih aktif di media sosial. Sebab, itu merupakan salah satu cara bagi Pasheman ’90 agar bisa tetap dikenal orang. ”Kami juga akan melakukan regenerasi yang harus diperhatikan supaya bisa menjadi seperti kami nanti,” tambah Saddam.
Salah seorang senior Pasheman ’90, Agung Syaputra, menambahkan bahwa dirinya dan rekan-rekannya juga hendak menerbitkan buku kisah perjalanan Pasheman ’90. Mulai dibentuk pada 1994 hingga menjuarai IGT. ”Buku ini kami harap menjadi mood booster dan energi generasi muda, khususnya paskibra se-Indonesia,” ujar Agung.
Credit: Source link