JawaPos.com – Tantangan terbesar industri logistik saat ini adalah bahan bakar minyak (BBM). Dengan kenaikan tembus 30 persen, pengusaha angkutan barang terus berupaya mencari solusi. Salah satunya, meng-upgrade teknologi untuk penggunaan BBM yang lebih efisien.
Ketua Umum National Logistics Community (NLC) Angga Purnama menyebutkan, biaya operasional logistik sebenarnya punya tujuh komponen utama. Yakni, BBM, ban, oli, perawatan, sumber daya manusia, penyeberangan, dan jalan tol.
“Dari tujuh komponen itu, BBM komposisinya mencapai kisaran 30–50 persen,” ujarnya Rabu (5/10).
Dia mengatakan, pengusaha jelas tak bisa mengharapkan pemerintah bakal segera mengembalikan harga BBM. Apalagi, harga minyak dunia juga tinggi. Karena itu, kenaikan harga produk turunannya pasti terjadi cepat atau lambat.
Secara jangka panjang, pihaknya sebenarnya sudah berpikir untuk migrasi ke angkutan niaga listrik. Namun, solusi tersebut butuh waktu yang lama. Sebab, infrastruktur dan produk kendaraan niaga listrik belum tersedia dengan hitungan keekonomian pengusaha.
“Yang bisa dilakukan saat ini adalah mencoba teknologi yang bisa mengefisienkan BBM. Misalnya, sensor bahan bakar,” ucap Angga.
Co-founder McEasy Raymond Sutjiono menambahkan, penerapan teknologi seperti sensor bahan bakar memang menjadi salah satu cara untuk penghematan. Dengan begitu, pemilik kendaraan bisa mengevaluasi bagaimana penggunaan BBM paling hemat.
Dia menjelaskan, banyak sekali faktor yang menyebabkan BBM boros dibandingkan biasanya. Mulai dari rute, kondisi medan, mesin, hingga cara berkendara sopir.
“Yang paling mudah, servis berkala setiap tiga bulan sebenarnya wajib untuk menjaga efisiensi BBM. Jika ditambah dengan penggunaan teknologi, bisa menghemat BBM hingga 10 persen,” tegasnya.
Credit: Source link