Perbedaan Nikotin dan TAR, Mana yang Lebih Bahaya?

JawaPos.com – Nikotin dan TAR adalah dua bahan kimia dalam rokok yang sering disalahpahami tentang dampaknya bagi perokok. Selama ini, nikotin dilabeli sebagai zat yang paling berbahaya bagi kesehatan ketimbang TAR. Lantas, manak sebenarnya yang lebih berbahaya di antara kedua zat tersebut?

Peneliti dari Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB), Mohammad Khotib mengatakan, nikotin bukan karsinogen dan juga tidak menjadi penyebab utama atas bahaya rokok. Hal ini disampaikan baik oleh peneliti dari universitas ternama nasional, maupun lembaga riset di Inggris Raya, negara yang menempati peringkat ketiga di dunia untuk penelitian ilmiah yang diterbitkan.

Sedangkan nikotin adalah senyawa kimia yang secara alami terdapat pada tembakau. Senyawa tersebut masuk ke dalam golongan alkaloid. Nikotin sebenernya dapat ditemukan pada beberapa tanaman lainnya seperti kentang, terong, dan tomat, namun konsentrasinya masih kecil.

“Secara kimia, nikotin adalah senyawa tunggal. Nikotin kecenderungannya lebih ke arah adiktif sehingga menciptakan ketergantungan,” kata Khotib kepada wartawan, Selasa (21/2).

Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan dari Cancer Research UK, organisasi penelitian kanker independen dari Inggris. Cancer Research UK menyebutkan bahwa nikotin bukan pemicu utama atas dampak berbahaya dari merokok. Nikotin juga bukan penyebab utama kanker.

Berbeda dengan nikotin, TAR bukan senyawa alami karena muncul dari pembakaran. Menurut Khotib, TAR merupakan kumpulan dari berbagai senyawa yang timbul dari proses pembakaran pada rokok. Berdasarkan karakteristik yang bersumber dari sejumlah riset, TAR diidentifikasi mengandung senyawa-senyawa karsinogenik.

“Efek negatif TAR itu yang dominannya adalah karsinogenik. Hal ini yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Kalau nikotin kecenderungannya karena efek adiktifnya,” jelasnya.

Menurut data National Cancer Institute Amerika Serikat, TAR mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang dapat memicu kanker paru-paru, emfisema, atau masalah paru-paru lainnya. Dari sekitar 7 ribu bahan kimia yang ada di dalam asap rokok, 2 ribu di antaranya terdapat pada TAR.

Tak hanya itu, TAR juga bisa menumpuk pada gigi dan menyebabkan warnanya berubah kekuningan atau kecokelatan karena menempel pada lapisan terluar gigi. Seiring waktu, gigi akan mengalami kerusakan jika tidak dirawat dengan baik.

Sementara itu, ahli Toksikologi dan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR), Shoim Hidayat menambahkan, nikotin selama ini dianggap sebagai sumber masalah kesehatan pada rokok ketimbang TAR. Faktanya TAR yang merupakan penyebab timbulnya berbagai penyakit akibat konsumsi rokok.

“Jadi, nikotin sama sekali bukan karsinogen. Bahan-bahan karsinogen adanya di dalam TAR,” tegasnya.

Sebagai langkah antisipatif, Shoim menyarankan perokok dewasa untuk berhenti merokok agar mengurangi paparan TAR. Jika sulit, perokok dewasa dapat beralih ke produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin. Produk tersebut menerapkan sistem pemanasan sehingga menghasilkan uap air (aerosol). Oleh karena itu, profil risikonya jauh lebih rendah daripada rokok.

“Potensi untuk terjadinya penyakit akibat bahan kimia sangat ditentukan oleh kadarnya. Kalau sangat besar maka berpotensi menimbulkan penyakit. Jadi, kalau yang masuk itu kecil, ya potensinya kecil,” tutup Shoim.

Editor : Banu Adikara

Reporter : Sabik Aji Taufan


Credit: Source link