JawaPos.com – Sekitar 80 persen wilayah Banyuasin adalah daerah perairan. Tergambar betapa besar potensi perikanan di kabupaten yang berada dalam wilayah administratif Provinsi Sumatera Selatan itu.
Luasan daerah perairan dan potensi perikanan itu jelas terbaca pada data pemerintah setempat terkait pola konsumsi ikan yang mencapai 56,06 kg perkapita pertahun. “Ini terbesar di Sumsel. Ikan yang dikonsumsi itu mayoritas ikan budidaya, yaitu patin,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Banyuasin Septi Fitri, Senin (10/10/2021).
Pemerintah daerah memang tidak main-main dalam menggalakkan Program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan). Apalagi, meski pada dasarnya patin yang paling banyak digemari masyarakat kito galo (red. sebutan bagi masyarakat Sumatera Selatan), banyak pula pembudidaya mengembangkan jenis lain, seperti lele, nila, dan beberapa ikan tawar lain.
Apapun jenisnya, ikan tetaplah bernilai gizi tinggi. Terlebih saat kondisi pandemi seperti saat ini, masyarakat harus banyak mengkonsumsi makanan yang kaya gizi seperti ikan agar memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Gizi ikan juga diyakini mampu memutus ancaman stunting atau kondisi gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi bagi generasi mendatang.
“Meningkatkan konsumsi ikan berarti meningkatkan kecerdasan dan kesehatan masyarakat,” kata Septi.
Sayang, lanjutnya saat dihubungi dalam kegiatan dinasnya di Banyuasin, ada keterbatasan dari masyarakat pembudidaya di sana. Terutama terkait dengan keterbatasan modal dalam berusaha. Septi yakin, untuk mengembangkan sektor perikanan harus ada kerja sama, baik itu koperasi, pemerintah daerah dan pusat, masyarakat. Kita harus sama-sama mencari solusi, khususnya permodalan,” katanya.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : ARM
Credit: Source link