JawaPos.com – Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) meyakini bahwa penjualan otomotif bisa bergairah karena dua stimulus, yakni insentif PPnBM dan DP 0 persen. Insentif tidak hanya berdampak pada penurunan harga kendaraan, tapi juga kemudahan pembiayaan. ’’Ini tambahan kemudahan. Ditambah lagi ada penurunan suku bunga dari BI rate hanya 3,75 persen,’’ ujar Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto.
Business Innovation and Marketing & Sales Director Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy mengatakan, pemberlakuan insentif untuk PPnBM sangat tepat sasaran karena memang memiliki pasar yang besar. ’’Kalau kita lihat di bawah 1.500 cc, jadi relaksasi itu hal yang bagus dan tepat karena segmen tersebut segmen terbesar sekarang ini,’’ ujar Billy.
Dia menyatakan, kelas kendaraan dengan kapasitas mesin 1.500 cc ke bawah adalah konsumen pembeli kendaraan pertama, first-time buyer, yang memang sangat membutuhkan kebijakan tersebut. ’’Seperti halnya konsumen dari sebagian besar Honda Brio merupakan first-time buyer. Jadi, cc 1.500 ke bawah itu konsumen yang besar dan salah satunya first-time buyer. Jadi, menengah yang membutuhkan insentif untuk melakukan pembelian,’’ tambahnya.
Billy juga mengapresiasi dan yakin bahwa kebijakan tersebut dapat menumbuhkan perekonomian melalui industri otomotif yang saat ini memang lesu. ’’Kami percaya relaksasi pajak ini merupakan hal positif yang memberikan keringanan konsumen untuk melakukan pembelian dan menggerakkan industri pasar otomotif umumnya,’’ jelas dia. Kebijakan relaksasi pembiayaan diprediksi memacu kredit. Bank Indonesia (BI) bahkan yakin kredit kembali tumbuh pada triwulan I 2021, khususnya dari pembiayaan korporasi. Namun, laju kredit rumah tangga diperkirakan masih terbatas dalam tiga dan enam bulan ke depan.
Optimisme itu terlihat dari saldo bersih tertimbang (SBT) kebutuhan pembiayaan korporasi tiga bulan mendatang yang mencapai 27,1 persen.Kebutuhan pembiayaan naik pada sektor pertambangan dan penggalian, pertanian, perikanan, kehutanan, informasi dan komunikasi, serta realestat. ’’Kebutuhan pembiayaan mayoritas untuk mendukung aktivitas operasional,’’ kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono kemarin (19/2).
Di sisi lain, pembiayaan rumah tangga masih terbatas. Hasil survei permintaan pembiayaan rumah tangga pada Januari 2021 menunjukkan bahwa 86,6 persen dari total responden menyatakan tidak menambah pembiayaan. Hanya 2,4 persen responden yang berencana menambah kredit pada tiga bulan mendatang. Lalu, 2,4 persen responden baru mengajukan kredit enam bulan nanti. ’’Berdasar jenis penggunaannya, mayoritas berupa kredit multiguna (KMG), kredit pemilikan rumah, dan kredit kendaraan bermotor yang diajukan ke perbankan,’’ terang Erwin.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : han/agf/c19/fal
Credit: Source link