JawaPos.com – Rumah mode Wong Hang Tailor sukses mempertahankan bisnis hingga empat generasi sejak berdiri pada 1933 silam. Setelan jas buatan mereka diketahui telah digunakan oleh hampir semua presiden RI dan publik figur lainnya.
Pemilik Wong Hang Tailor, Samuel Wongso bercerita perjalanan panjang usaha yang dimulai dari buyutnya itu.
Semua dari sebuah rumah di Jalan Pahlawan, Surabaya. Generasi pertama, yakni Wong Hang, merantau dari Tiongkok ke Surabaya untuk mengembangkan keahliannya di bidang jahit. Bisnis ini mulai berkembang di tangan generasi pertama. Lalu kemudian dilanjutkan oleh generasi kedua, Wongso Soebroto, dan oleh generasi ketiga, Peter Wongso.
“Generasi ketiga dilanjutkan oleh papa saya. Mereka tujuh bersaudara yang melanjutkan. Generasi keempat yaitu generasi saya bersama kakak dan adik-adik sepupu sementara masih lima orang,” terang Samuel Wongso saat ditemui di kantornya yang terletak di bilangan Gandaria City Jakarta Selatan, belum lama ini.
Samuel mengaku bangga bisa menjadi salah satu penerus Wong Hang. Baginya mengerjakan bisnis di bidang fashion bukan semata-mata untuk tujuan uang, tapi juga ada kecintaan pada dunia jahit.
“Up and down bersama-sama keluarga yang mempunyai passion yang sama di dunia fashion tailoring selalu ada, tapi kita hadapi,” akunya.
Samuel Wongso melanjutkan, bisa bertahan untuk waktu yang sangat lama memang bukan perkara mudah. Setiap terjadi krisis ekonomi juga berdampak sekali pada bisnisnya.
“Pasang surut selalu ada seperti krisis ekonomi di beberapa tahun lalu dan sekarang ini pandemi 2020. Bukan hanya kita, namun banyak juga di semua industri mengalami hal yang sama. Tetapi kami bersyukur tidak terlalu berdampak buruk pada usaha tailor,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Samuel juga mengungkapkan rahasia di balik kesuksesan rumah modenya dan bisa bertahan hingga 88 tahun. Dia mengaku selalu memegang filosofi-filosofi tailor yang dianut keluarganya sejak dulu. Resep kuno disebut Samuel sudah menempel di benaknya dan menjadi bekal untuk tetap mempertahankan bisnis keluarganya.
“Kami selalu berusaha memberikan service yang terbaik seperti free alteration yang berlaku seumur hiduo, ketepatan waktu , pemilihan jenis kain yang sangat banyak sehingga mempunyai banyak pilihan dan cutting yang sangat baik. Sehingga semua klien pada waktu menggunakan langsung merasa puas. Dan apa yang kami lakukan menjadi marketing gratis dari mulut ke mulut,” terangnya.
Selain itu, setiap zaman tentu dihadapkan pada tantangannya masing-masing. Hal itu mengharuskan merrka melakukan inovasi atau terobosan untuk tetap mempertahankan bisnis. Salah satu terobosan yang dilakukan generasi keempat adalah dengan membuat program traveling tailor ke beberapa daerah di tanah air bahkan ke beberapa negara. Hal ini sudah berjalan sejak beberapa tahun silam.
“Traveling tailor menurut saya salah satu pekerjaan yang seru dan fun. Karena kita datang ke satu kota, lalu melakukan pekerjaan yang saya sangat suka dan bisa sambil jalan-jalan,” tuturnya.
Tahun lalu, traveling tailor sempat terhenti sejenak akibat pandemi Covid-19. Namun tahun ini program ini akan kembali dijalankan direncanakan ke sejumlah kota besar. Yaitu ke Surabaya ,Jakarta , Semarang, Bandung ,Makassar dan Medan.
“Ini sedang dipikirkan. Yang pasti tidak ada paksaan seperti generasi kami juga tidak pernah dipaksa untuk bekerja di industri ini ,” tandasnya.
Credit: Source link