Rentetan Gempa Terjadi di Jawa, Mitigasi Bencana Diminta Ditingkatkan

by

in
Tangkapan layar kegiatan simulasi gempa dan tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bekerjasama dengan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (30/3/2022). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Pemangku kebijakan, masyarakat dan seluruh komponen di tiap-tiap daerah di pesisir selatan Pulau Jawa diminta melakukan mitigasi bencana gempa serta tsunami. Hal itu dikemukakan Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan yang diterima di Jakarta, seperti dikutip dari Kantor Berita Antara, Minggu (10/7).

“Agar pemangku kebijakan, masyarakat dan seluruh komponen di tiap-tiap daerah selalu meningkatkan kesiapsiagaan, kewaspadaan dan melakukan mitigasi bencana gempa serta tsunami, sehingga dampak dari kerusakan maupun korban jiwa dapat diminimalisir,” ujarnya.

Di samping itu, BNPB berharap agar Desa Tangguh Bencana (Destana) Gempabumi dan Tsunami yang telah dibentuk sejak 2019 lalu di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa dapat terus menjadi pelopor ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Hal tersebut menyusul rentetan kejadian gempa di selatan Pulau Jawa. Getaran dirasakan masyarakat di berbagai lokasi. Gempa dengan magnitudo 5,4 terjadi di selatan Pulau Jawa bagian timur pada Sabtu (9/7) pukul 03.17 WIB. Menurut hasil monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempabumi itu berpusat di 9.64 LS-112.91 BT pada kedalaman 10 kilometer.

“Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang kepada Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Lumajang sontak terbangun dan berhamburan ke luar rumah saat guncangan gempabumi yang berlangsung selama 2-3 detik itu,” kata Abdul.

Kurang dari tiga jam setelah gempabumi M 5,4 itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan informasi gempabumi lagi pada pukul 05.50 WIB. Untuk kali kedua ini, gempabumi tercatat berkekuatan M 5,0 dan berpusat di 9.57 LS-113.93 pada kedalaman 10 kilometer. Tidak ada guncangan yang dirasakan oleh masyarakat untuk gempa susulan tersebut.

Pada pukul 09.53 WIB, seismograf BMKG kembali merekam adanya getaran gempa. Kali ketiga ini, gempabumi berkekuatan M 5,3 dan terdeteksi di titik 9.61 LS-112.91 BT pada kedalaman 42 kilometer. Menurut BPBD Kabupaten Lumajang, getaran gempa yang ketiga sempat dirasakan selama 1-2 detik, namun tidak menimbulkan kepanikan warga.

Hasil analisis sementara oleh BMKG, tiga rentetan kejadian gempa itu adalah jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault

Berdasarkan catatan BMKG per pukul 11.00 WIB, sudah ada 54 kali aktivitas gempa susulan atau aftershock dengan magnitudo terbesar yakni M 5.0. Dari keseluruhan kejadian fenomena gempa itu, BMKG memastikan bahwa gempa tidak berpotensi tsunami.

“Hasil monitoring di lapangan oleh BPBD Kabupaten Lumajang dan BPBD Kabupaten Malang, yang menjadi teritori wilayah terdampak guncangan gempa menyatakan tidak ada kerusakan yang ditimbulkan. Laporan mengenai korban jiwa juga nihil,” kata Abdul.

Berdasarkan indeks kajian risiko gempa dari InaRisk BNPB, wilayah selatan Pulau Jawa memiliki tingkat risiko sedang hingga tinggi. Wilayah selatan Pulau Jawa juga telah diketahui dilalui lempeng Indo-Australia yang membentang dari ujung Pulau Sumatera bagian barat hingga perairan Maluku Tenggara, sebelum akhirnya bertemu dengan lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik.

Fenomena gempa memang tidak membunuh, namun beberapa peristiwa jatuhnya korban jiwa adalah dikarenakan terdampak reruntuhan bangunan saat terjadi guncangan gempa yang kuat. Untuk itu penguatan struktur bangunan terutama tiang rumah dan struktur atap perlu dilakukan secara bertahap, baik secara mandiri maupun didukung oleh dana desa. (kmb/balipost)

Credit: Source link