Sikap Orang Tua ketika Anak Mulai Menyukai Lawan Jenis

Bunda, Ayah, siapa yang sudah dicurhatin anak terkait perasaannya kepada lawan jenis? Responsnya pasti ada yang waswas dan tidak. Coba didengarkan dulu cerita buah hatinya, ya. Jadi pendengar yang baik dulu, yuk.

PERASAAN menyukai akan muncul ketika anak masuk usia pubertas. Kalau cowok pada usia 11–12 tahun. Sementara itu, cewek bisa lebih cepat. Sebab, pada 8 atau 9 tahun anak cewek sudah mengalami menstruasi. Sebagai penanda masuk fase pubertas.

Suka terhadap lawan jenis menjadi perkembangan mental dan perasaan bagi anak. Namun, kondisi tersebut tidak jarang membuat hati parents bak naik roller-coaster. Deg-deg ser. Betul kan? Intervensi media sosial yang begitu hebat hingga tayangan di televisi menjadi variabel penyebabnya.

Psikolog anak Agustina Twinky Indrawati menuturkan, berkomunikasi dua arah antara orang tua dan anak sangat penting. Dia menilai, menyukai lawan jenis adalah hak anak. Orang tua tidak bisa melarang. ”Ada tapinya. Peran orang tua di situasi seperti itu dibutuhkan sekali,” katanya kepada Jawa Pos.

Orang tua perlu mengedukasi anak dengan bahasa yang tidak seperti berhadapan dengan musuh. Lantas, apa hal penting yang harus diedukasi?

Twinky menyebutkan, edukasi utama yang perlu dibekali ke anak terkait batasan. Misalnya, bagaimana anak laki-laki mendekati perempuan. Kemudian, berbicara yang baik seperti apa, bagaimana memberikan pujian kepada lawan jenis, hingga mengungkapkan perasaan kepada orang yang disukai seperti apa.

Nah, parents boleh kok memberikan masukan supaya anak lebih baik berteman dulu. Sebab, usia puber masih terlalu dini bagi anak untuk membangun komitmen dengan pacaran. ”Kalau kamu sudah bilang sama si A, suka. Kemudian berkomitmen (pacaran, Red), ya kakak atau adik nggak bisa jalan sama yang lain. Harus setia,” ungkap Twinky.

Dengan begitu, Twinky menilai, orang tua tidak tampak langsung melarang anak untuk memiliki perasaan suka kepada lawan jenis. Memberikan pemahaman enak dan tidak enaknya membangun komitmen berpacaran.

Setelah bertutur yang tidak enaknya, jangan lupa parents juga memaparkan yang enaknya. Harus adil dong, Mom-Dad. Hehe. ”Kalau kamu berkomitmen, berarti bisa belajar bareng. Nanti berprestasinya bareng juga, asyik kan?” tambah Twinky.


Credit: Source link