JawaPos.com – SM Entertainment, atau SME, memasuki babak barunya tahun ini. Pada akhir pekan lalu, CEO Lee Sung-soo dan Tak Young-joon memperkenalkan SM 3.0. Rangkaian program itu merujuk pada program pengembangan mulai 2023. Sebelumnya, ada SM 1.0 (1995–2010) yang ditandai debut beberapa grup besar dan fase ekspansi K-pop di luar Korea, SM 2.0 (2010–2022).
Di fase baru, SME untuk kali pertama bakal memulai sistem multilabel. ’’Kami sadar batasan produksi dan manajemen properti intelektual (IP) untuk memenuhi tuntutan pasar dan fans. Untuk itu, salah satu perubahan utama di sistem baru ini adalah pendirian pusat multiproduksi, multilabel, dan perusahaan subsider yang fokus dalam pemasaran musik,’’ tegas Sung-soo.
Dalam paparan yang juga diunggah di YouTube, dua CEO SME itu berjanji menjadikan label itu terdepan dalam hal musik. Mereka menyatakan akan melakukan diversifikasi genre musik.
’’Kami ingin lepas dari rilisan album yang dance-centered,’’ imbuh Young-joon.
Program itu nanti diwujudkan lewat akuisisi perusahaan musik dan pendirian label independen yang berafiliasi dengan SME. Perubahan besar tentu ada pada hilangnya nama pendiri SME Lee Soo-man dari jajaran eksekutif.
Kontraknya sebagai chief producer berakhir pada akhir 2022, sementara masa jabatannya berakhir efektif per awal bulan ini. Namun, dia masih tetap memegang 18,73 persen saham di SME.
Keluarnya Soo-man sejalan dengan visi SM 3.0 untuk melepas ’’ketergantungan’’ pada citra sang pendiri. Langkah itu terbilang terlambat jika dibandingkan label-label besar Korea lainnya seperti JYP Entertainment dengan Park Jin-young maupun YG Entertainment dan Yang Hyun-suk. Meski demikian, keputusan itu ’’membelah” internal agensi.
Sebagian yang setuju menilai SME cukup tertinggal di bawah keputusan yang ’’Soo-man sentris”. Di komunitas pegawai Blind –yang seluruh penggunanya menggunakan anonim– mereka menilai perlu adanya perubahan drastis untuk menaikkan nilai pasar dan keuntungan bisnis. Namun, yang tak setuju pun ada. Salah satunya, aktor dan musisi Kim Min-jong, yang juga jajaran eksekutif SME.
’’CEO Lee Sung-soo dan Tak Young-joon secara sepihak merilis pengumuman tanpa diskusi internal. Menurutku, rencana baru ini tidak akan menguntungkan buat keluarga besar SME atau pemilik saham dalam jangka panjang,’’ tulisnya.
Selain itu, Soo-man dikabarkan kaget dengan ’’pemutusan sepihak’’ yang dilakukan dua CEO SME pada akhir pekan lalu. Korea JoongAng Daily memberitakan, pendiri label itu diisukan akan menyampaikan pendapatnya terkait perubahan itu dalam rapat pemegang saham bulan depan.
Sejak pertengahan 2022, nama Soo-man jadi sorotan publik Korea setelah laporan keuangan tahunan SME dirilis. Sejak 2018, SME membayar Like Planning –perusahaan pribadi milik Soo-man– sebanyak total USD 100 juta (Rp 1,5 triliun) per tahun. Beberapa pemilik saham pun sempat merilis surat terbuka, yang isinya menuntut transparansi keuangan.
Gebrakan baru SME mendapat apresiasi analis Kyobo Securities Park Seong-guk. Dia menyatakan, transparansi serta independensi produksi bakal menaikkan kepercayaan para pemilik saham.
’’Sistem multiproduksi ini akan punya dampak positif dalam jangka panjang bagi perusahaan. Aktivitas setiap artis lebih jelas, debut grup baru juga lebih efisien,’’ paparnya dalam wawancara dengan The Korea Herald.
YANG ADA DI RENCANA SM 3.0
– Rilis tiga grup K-pop dan satu solois virtual.
– Pembentukan lima pusat produksi yang masing-masing bakal menangani satu bidang keahlian. Sebelumnya, seluruh tahap produksi di-handle divisi produksi yang dipimpin Soo-man.
– Pendirian label musik independen dan akuisisi perusahaan musik.
– Diversifikasi produksi dengan pendirian subsider yang fokus di pengembangan metaverse dan konsep ’’dunia” virtual.
Credit: Source link