Status Ibu Melekat Seumur Hidup

PSIKOLOG Ratih Ibrahim angkat bicara tentang child-free. Dia meyakini, pilihan untuk tidak berketurunan bukanlah opsi yang diambil secara tiba-tiba. Ada rangkaian proses yang mengantarkan seseorang untuk sampai pada pilihan tersebut.

Ratih menyatakan, alasan medis atau kesehatan dan alasan mental menjadi dua faktor utama yang melatari pilihan itu. ’’Tidak siap memiliki anak,’’ katanya kepada Jawa Pos pekan lalu. Siap yang dia maksud adalah secara biologis maupun psikologis. Dia juga menjelaskan hal itu lewat akun Instagram Personal Growth Indonesia.

Layaknya pilihan-pilihan yang lain, child-free memiliki dampak positif dan negatif. Mereka yang memilih untuk tidak memiliki anak bisa menghabiskan lebih banyak waktu yang berkualitas dengan pasangan. Atau, dengan diri sendiri. Menurut Ratih, quality time dan me time sama-sama penting.

’’Setelah menikah, seseorang tetap perlu punya ruang untuk bertumbuh menjadi dirinya yang sehat lahir batin, dan menjadi pribadi yang bahagia bersama pasangan,’’ jelas Ratih.

Sebagai psikolog, dia menyebut fenomena child-free sebagai hal yang wajar. Memilih untuk tidak berketurunan, menurut Ratih, sama berharganya dengan memilih untuk beranak-cucu. Dua-duanya menuntut tanggung jawab yang penuh. ’’Yang jadi masalah adalah jika pasangan suami istri belum siap menjadi orang tua, tetapi sudah punya anak,’’ tegasnya.

Menurut dia, kondisi mendadak punya anak itu bisa memicu stres. Karena itu, dia mengimbau setiap pasangan berpikir matang sebelum memutuskan menjadi orang tua. Terutama kaum hawa yang akan menjadi ibu. ’’Harus siap lahir batin,’’ ucapnya.

Untuk menjadi ibu, dibutuhkan banyak persiapan. Selain itu, sekali memutuskan menjadi ibu, status tersebut akan melekat seumur hidup. Kehidupan seorang perempuan akan berubah drastis saat dia memutuskan menjadi seorang ibu. Banyak kepentingan yang harus dikorbankan. Banyak mimpi yang terpaksa ditepikan.

Maka, jangan sampai ada tekanan di balik pilihan menjadi ibu. Baik dari suami, orang tua, keluarga besar, maupun masyarakat sekitar. “Jangan sampai malah menimbulkan masalah bagi si anak,” tandasnya.

Credit: Source link