JawaPos.com – Partai Demokrat menyerukan seluruh kader untuk ikut melakukan aksi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM bersubsidi. Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani mengatakan, seluruh kader dibebaskan untuk ikut serta bersama rakyat melakukan aksi unjuk rasa menolak kenaikan BBM ini.
“Kader tak perlu menangis dalam menyampaikan argumentasi penolakan kenaikan BBM ini, sebagaimana aksi sandiwara elit-elit PDIP pada saat merespons kenaikan BBM di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang lalu,” kata Kamhar kepada wartawan, Rabu (7/9).
Ia menilai, soal argumentasi beban APBN yang terlalu berat, sebenarnya masih banyak jalan yang bisa ditempuh jika pemerintah benar-benar pro rakyat.
“Bisa melalui relokasi penggunaan anggaran untuk meninjau ulang IKN dan infrastruktur yang tak prioritas, termasuk juga dengan jalan menekan tingkat kebocoran APBN,” ucap Kamhar.
Menurut dia, pemerintah mengambil jalan pintas dan jalan mudah untuk memenuhi segala ambisinya dengan memberikan beban kepada rakyat.
“Menaikan harga BBM untuk menekan beban APBN ini langkah paling instan dan paling mudah, tapi sekaligus juga menunjukkan pemerintah tak kreatif tak punya hati,” tegasnya.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Said Abdullah menjelaskan alasan Ketua DPR RI Puan Maharani tak lagi menangis saat pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Ia menyebut, kondisi geopolitik saat ini dan era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berbeda.
“Kondisinya kan berbeda. Kita sadar nggak sih kalau ini persoalan geopolitik,” ucap Said di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (6/9).
Dia beralasan, sejumlah kondisi yang berbeda tersebut antara lain Arab Saudi dan para eksportir minyak tidak mau menambah alokasi minyak di pasaran, situasi pandemi Covid-19 yang melanda dunia serta perang Ukraina-Rusia.
“Dulu apa sih problematiknya? Sekarang apa? ‘Kan beda, pandemi, minyak hancur sehancur-hancurnya. Tingkat permintaan tinggi, tiba tiba ada perang, padahal rantai pasok global belum sempurna, goyang semua negara,” pungkas Said.
Editor : Banu Adikara
Reporter : Muhammad Ridwan
Credit: Source link