Tambak Udang Modern Terbesar di Indonesia Ditarget Beroperasi Februari

JawaPos.com – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meninjau progres pembangunan tambak budidaya udang berbasis kawasan di Kebumen, Jawa Tengah, Jumat (13/1). Tambak yang ditargetkan beroperasi Februari itu nantinya siap menjadi model tambak udang modern ramah lingkungan terbesar di Indonesia.

“Ini adalah satu model pembangunan tambak udang modern yang kita bangun. Ini akan menjadi model budidaya udang berkelanjutan yang bertanggung jawab pada lingkungan,” kata Trenggono dalam keterangan resmi, Jumat (13/1).

Ia menjelaskan, tambak udang berbasis kawasan di Kebumen menjadi yang terbesar dengan luasan saat ini mencapai 60 hektare berisi 149 petak tambak. Untuk produktivitas awal, kata Trenggono, mampu menghasilkan 40 ton per hektare per tahun.

Menurutnya, angka tersebut sudah memenuhi best practice tambak udang modern berwawasan lingkungan. Adapun jumlah tambak diakuinya masih akan terus ditingkatkan mengingat lahan potensial yang ada sekitar 100 hektare.

“Untuk tambak modern yang standar internasional, bisa dibilang ini yang pertama. Yang betul-betul dibangun dengan sumber air kualitas yang baik. Kemudian air buangan tambak sudah melewati IPAL klaster dan IPAL utama sebelum dibuang ke laut,” jelasnya.

Trenggono optimistis model tambak udang berbasis kawasan di Kebumen akan menjadi contoh pembangunan tambak udang modern di daerah lain di Indonesia dengan cakupan wilayah yang lebih luas. Dengan begitu, ia berharap peringkat Indonesia di jajaran negara penghasil udang terbesar dunia bisa merangkak naik melebihi India, Vietnam, Equador, bahkan Tiongkok.

Ia menyebut, pembangunan tambak budidaya udang berbasis kawasan di Kebumen sekaligus untuk mencapai target produksi udang nasional 2 juta ton pada 2024. Sehingga Indonesia berkontribusi lebih banyak lagi pada kebutuhan pasar udang dunia yang nilainya mencapai USD 28,3 miliar pada tahun 2021.

Trenggono juga memastikan, pembangunan model tambak udang berbasis kawasan di Kebumen harus mengutamakan tenaga kerja lokal. “Kalau ini 100 hektare beroperasi, ada perputaran uang tidak kurang Rp 400 miliar per tahun di sini. Tenaga kerja terserap yang direct saya yakin lebih dari 300 orang dan belum lagi di luar itu. Saya minta tenaga kerja harus mengutamakan warga di sini. Saya sudah diskusi tadi dengan bapak bupati juga,” pungkasnya.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : R. Nurul Fitriana Putri


Credit: Source link