Tidak Elok Cetak Uang Saat Ekonomi Sedang Sulit Akibat Covid-19

JawaPos.com – Bank Indonesia (BI) pada Senin, 17 Agustus 2020, merilis uang baru pecahan senilai Rp 75.000. Jumlahnya pun terbatas hanya 75 juta saja.

Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati mengatakan bahwa saat sedang pandemi dimana ekonomi masyarakat sedang tidak baik, keluarnya uang baru menjadi kurang elok.

“Karena orang tertarik merogoh kocek Rp 75 ribu hanya untuk satu lembar souvenir. Sementara situasi kita sedang sulit,” ujar Anis kepada wartawan, Sabtu (22/8).

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menilai, walaupun uang rupiah khusus ini dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Tetapi biasanya tidak digunakan sebagai alat tukar. Sehingga hanya akan dijadikan koleksi.

“Sehingga orang akan cenderung menyimpannya atau menjadikannya sebagai koleksi. Di sinilah letak ketidakelokannya,” katanya.

Ketika seharusnya masyarakat umum bisa membelanjakan uang itu untuk hal yang lain. Namun mereka malah menyimpannya hanya demi koleksi, sementara kondisi ekonomi kita sedang kurang baik.

Padahal 75 juta lembar uang yang dicetak itu, akan menjadi nilai yang luar biasa jika semua dibeli oleh masyarakat.

“Berpotensi jadi fresh money untuk negara, dan ditarik dari uang rakyat” tegasnya.

Jika dihitung, dengan mencetak 75 juta lembar dikalikan dengan Rp 75 ribu rupiah. Maka akan terkumpul uang sebesar Rp 5,625 triliun. “Jumlah yang luar biasa, dan itu murni berasal dari uang rakyat” ungkapnya.

Anis berpendapat, bahwa Indonesia sedang pandemi yang berimbas ke semua sektor termasuk ke ekonomi. Sangat tidak pantas jika saat negara ingin meningkatkan daya beli masyarakat, tetapi masyarakat malah harus menyisihkan Rp 75.000 hanya untuk uang khusus souvenir. Sesuatu yang memiliki niat baik, tetapi dilaksanakan di saat yang tidak tepat.

“Dikhawatirkan malah akan menimbulkan polemik panjang,” pungkasnya.‎

Editor : Mohamad Nur Asikin

Reporter : Gunawan Wibisono


Credit: Source link