Terdapat beberapa faktor yang mendukung kesuksesan itu, antara lain pengembangan bodi kit untuk handling, serta perubahan weight distribution (keseimbangan berat) untuk rally karena mobil itu sebenarnya menggunakan basis kendaraan penumpang Mitsubishi Xpander Cross.
Baca juga: Mitsubishi Indonesia incar penjualan 90 ribu mobil tahun ini
Pebalap Indonesia, Rifat Sungkar yang mengembangkan Xpander AP4 bersama Ralliart Team Selandia Baru menjelaskan pada bodi kit, terutama bumper depan dibuat lebih besar untuk mengakomodasi handling dan aerodinamika.
“Pengembangannya sangat signifikan, dari mobil standar menjadi rally. Dasar mobil ini adalah Xpander Cross,” kata Rifat saat menjelaskan Xpander AP4 di YouTube Channel-nya, dikutip Selasa.
“Untuk kepentingan handling, bumper dibuat lebih besar karena untuk aerodinamika saat berkecepatan tinggi, jadi handling lebih baik,” kata dia.
Mobil berkelir merah putih itu sudah tidak menggunakan mesin standar, kapasitasnya dinaikkan menjadi 1.600cc dengan turbocharger, sehingga terlihat ada dua lubang udara di atas kap mesin.
Masih terkait dengan bodi, Rifat menjelaskan, lebar Xpander AP4 juga bertambah 10-12cm karena ukuran fender yang diperbesar, namun tidak mengubah desain khas Mitsubishi Xpander.
Baca juga: Tengok harga Xpander bekas setelah insentif PPnBM mobil baru
Pada bagian samping, terlihat posisi kaca spion yang mundur 20cm ke belakang. Rifat menjelaskan, letak spion diubah untuk menyesuaikan posisi duduknya yang lebih ke belakang (posisi pilar B) untuk keperluan weight distribution.
“Spion digeser ke mundur 20 cm untuk menyesuaikan posisi duduk saya di pilar B, alasannya untuk weight distribusion yang lebih baik saat berkecepatan tinggi,” kata Rifat.
Mobil itu juga bisa menghemat bobot kendaraan karena tidak menggunakan kaca biasa melainkan plexyglass yang lebih ringan, sedangkan doortrim dibuat dengan bahan karbon.
“Kaca pakai plexiglass dengan lubang angin. Angin juga masuk melalui air scope di atas mobil. Total bisa menghebat bobot 8 kilogram jika dibandingkan kaca biasa,” kata Rifat.
“Doortrim dari kabron, untuk menghemat berat. Semakin ringan mobilnya semakin bagus handling mobilnya,” kata dia, seraya menambahkan bahwa bobot mobil bermesin 1.600 cc itu kini hanya 1.230kg, jauh berkurang dari varian standard sekira 1.780 kg.
Baca juga: Utamakan kenyamanan keluarga, kunci Xpander dipercaya konsumen
Selain itu, bagian over-fender belakang dibuat lebih tipis dengan tambahan protektor guna menyiasati perubahan travel suspension. Fender belakang juga menyatu dengan bumper, sehingga posisi exhoust akan berada di tengah bumper belakang.
Faktor lain yang menjadi kelebihan Xpander ini adalah penggunaan dua jenis wing belakang. Pertama adalah tipe besar untuk kebutuhan high speed, sedangkan tipe yang lebih kecil tersedia untuk trek balap yang berkelok-kelok.
“Wing itu memberikan pengaruh saat berkecepatan tinggi,” kata dia.
Pengembangan oleh Rifat Sungkar dan Ralliart Team Selandia Baru terbukti dengan hasil di Sirkuit Badak, Tanjung Lesung. Mobil yang dinahkodai Rifat Sungkar dan navigator M Redwan mencatatkan waktu total 10 menit 8,2 detik, unggul lebih dari 11 detik atas kompetitor mereka di posisi kedua.
Baca juga: Mitsubishi Xpander turun hingga Rp18 jutaan
Baca juga: Laris terjual, MMKSI hadirkan kembali Xpander Cross edisi Rockford
Baca juga: MMKSI sambut baik adanya insentif PPnBM, Xpander bakal turun harga?
Pewarta: A069
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021
Credit: Source link