JawaPos.com – Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengungkapkan perjalanan lembaganya dalam masa pandemi Covid-19. Dalam masa pandemi ini, bukannya terhambat, pihaknya malah semakin terpacu menciptakan temuan demi mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan teknologi.
Kasus pertama Covid-19 di Indonesia terjadi pada 2 Maret 2020. Beberapa waktu setelah penyebaran semakin masif, akhirnya beberapa daerah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menganjurkan masyarakat untuk membatasi aktivitasnya di luar rumah atau work from home (WFH).
“WFH bukan berarti (BPPT) tidak produktif. Dengan diluncurkannya transformasi digital BPPT pada saat HUT ke-41 tahun lalu, 41 aplikasi digital dukungan manajemen BPPT, telah siap digunakan untuk bekerja produktif, dari mana saja, termasuk dari rumah,” ungkapnya dalam acara HUT BPPT ke-42 secara daring, Senin (24/8).
Adapin, aplikasi tersebut mulai dari presensi biometrik, face biometrik, online on location authentication, tandatangan digital, knowledge manajemen system hingga sistem informasi dupak (daftar pengusul angka kredit) perekayasa atau SIDUPER.
“Kedepan akan digunakan oleh BKN dan kami harapkan seluruh ASN kedepan akan menggunakan sistem presensi biometrik on location Authentication, untuk tetap produktif dimana saja, kapan saja, menghasilkan layanan teknologi,” ujarnya.
Untuk itu, pihaknya selama pandemi ini tidak berpangku tangan dalam menanggulangi penyebaran Covid-19,. BPPT mengerahkan seluruh kemampuannya untuk berkontribusi menghasilkan inovasi teknologi dalam melaksanakan testing, tracing, tracking, detecting, isolating, dan treating.
Untuk menghasilkan inovasi, BPPT tidak kerja sendiri, sinergi dan kolaborasi pun dilakukan dengan berbagai pihak. Kerjasama pentahelix (5 unsur kelompok) dalam sebuah super tim, yang dinamai Task Force Riset Inovasi Teknologi untuk Covid-19 atau TFRIC-19.
“Beranggotakan 8 institusi litbang, 18 perguruan tinggi, 4 kalangan industri, 6 stratup, 3 rumah sakit, dan lebih dari 15 komunitas asosisasi profesi,” jelasnya.
TFRIC dikoordinasikan oleh BPPT sebagai bagian konsorsium riset dan invoasi penegangan covid 19 Kemenristek BRIN. Misi utama TFRIC adalah mengembangkan implementasi inovasi Indonesia sebagai solusi untuk mengatasi pandemi Covid-19, secara gotong royong menggabungkan potensi para perekayasa, peneliti, dokter, guru besar, dan inovatif Indonesia dalam satu platform ekosistem inovasi.
“Hasil kolaborasi TFRIC mampu mengakselerasi dan menghasilkan produk inovasi yang dihasilkan, dalam penanggulangan Padnemi covid 19, antara lain Rapid tes RI-GHA, PCR Test kit Biocov-19, AI (artificial intellegent) untuk penegakan diagnostik Covid 19, dan Mobile BSL 2 yang sudah diluncurkan oleh Presiden pada 20 Mei lalu,” tandas dia.
Kali ini, pada HUT ke-42 pihaknya pun mempersembahkan terobosan baru produk dari TFRIC, yang terdiri dari rapid diagnostic test kit (RDT) Covid-19, Biosensor SPR, PCR Test Kit MBiocov-19, Bahan Baku RDT Protein Rekombinan, Data Whole Genome Sequencing, Mobile BSL-2 Generasi I (trailer) Generasi II (BUS), aplikasi AI covid-19 berbasis citra medis X-ray dan CT Scan.
Saat ini pihaknya juga tengah mengembangkan AI untuk E-goverment dan karhutla, tsunami earlywarning system, dan bahan baku obat.
“Arahan presiden terkait dengan transformasi digital merupakan wujud nyata kita semua untuk bergerak cepat untuk Indonesia maju. Bppt menjalankan amanat rakyat Indonesia untuk menjalankan berkarya dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi, serta membangun inovasi untuk daya saing dan kemandirian bangsa,” jelas Hammam.
Credit: Source link