JawaPos.com – Penyanyi cilik Farel Prayoga mendapat sorotan publik setelah sukses menggoyang Istana Negara dalam upacara perayaan kemerdekaan Republik Indonesia pada Rabu (17/7). Bocah asal Banyuwangi itu berhasil membuat para undangan yang terdiri atas pejabat bergoyang dengan lagu Ojo Dibandingke.
Ketenaran Farel juga mendongkrak nama pencipta lagu koplo tersebut. Dia adalah Agus Purwanto atau yang akrab disapa Abah Lala. Seniman asal Boyolali, Jawa Tengah, itu juga merupakan pencetus jargon ’’Cendol Dawet’’ yang dipopulerkan Didi Kempot.
Selain Ojo Dibandingke, dia juga melahirkan beberapa lagu yang ikut viral. Di antaranya, Wong Edan Kuwi Bebas yang dibawakan Nella Kharisma dan Gede Roso yang dibawakannya sendiri. Ditemui di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, kemarin (18/8), Abah Lala mengungkapkan kebahagiaan karena lagunya berdendang di Istana Negara.
Bagaimana perasaan Abah Lala saat ini?
Pastinya terharu dan bangga karena Ojo Dibandingke bisa masuk ke nasional. Di antara banyaknya lagu Jawa, alhamdulillah lagu saya yang terpilih. Disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi.
Cerita awal tahu lagunya dibawakan Farel di Istana Negara?
Saya lagi di perjalanan menuju Purwokerto. Dikasih tahu katanya lagu saya di TV. Saya kaget, memangnya ada acara apa? Ternyata pas jam upacara.
Apa reaksi saat itu?
Kaget. Masa di upacara ada dangdutan? Apalagi ada lagu saya. Pas pertama lihat, ternyata benar. Langsung nangis saya, kok bisa? Jujur, sampai saat ini pun saya belum percaya. Bahkan, kalau muncul di TikTok, saya masih bergetar dan nangis.
Ada cerita di balik lagu Ojo Dibandingke?
Dulu itu terinspirasi dari pengalaman pribadi sahabat saya. Dia seorang arsitek bernama Joko. Jadi, dia mau menikah setelah menjalin hubungan dengan kekasihnya 1,5 tahun. Ketika masuk ke jenjang yang lebih serius, calon mertuanya malah menjodohkan kekasihnya sama seseorang yang punya pekerjaan tetap dan lainnya.
Saya ini sudah seperti pengganti kedua orang tuanya. Dari situ (Joko curhat), saya jadi ikut mumet. Keluar lah cari angin bawa motor. Insting seniman saya keluar saat itu. Dan mikir, wong dia (Joko, Red) cuma bekerja seperti saya, pekerja seni. Kalau dibandingkan sama yang punya pekerjaan tetap, ya jelas kalah.
Dari situ tercipta liriknya?
Ya karena saya mikir, wong ngene kok dibanding-bandingke, disaing-saingke? Ya mesti kalah. Nah, bait kedua, Tak o yak o aku yo ora mampu. Itu tercetus ketika motor saya disalip dari kanan sama kendaraan lain. Mau dikejar ya nggak mampu motor saya.
Kapan Ojo Dibandingke dibuat?
Saya buat empat bulan yang lalu.
Ada pesan tersirat dari Abah di lagu Ojo Dibandingke?
Lagu itu menyeluruh karena di kehidupan ini tidak bisa lepas dari yang namanya saingan, tidak lepas dari yang namanya gengsi. Kita nggak punya apa-apa, tapi pengin dekat sama wanita. Dia (wanita, Red) pasti lebih pilih pria mapan. Walaupun sebenarnya dia (pria, Red) udah kuat kok dibanding-bandingke. Lagu ini memang punya konsep ke ranah penderitaan, lalu bisa ke ranah merdeka.
Abah mengenal Farel?
Iya. Dulu kan dia jebolan sekolah musik One Nada. Dia memang izin meng-cover lagu saya di YouTube. Sebelumnya, saya minta bantuan ke Ndarboy Genk untuk membantu menyebarluaskan karya ini. Ke Denny Caknan juga biar laku, tersampaikan ke masyarakat luas. Syukur-syukur bisa jadi rezeki buat saya dan keluarga. Ternyata, mereka membantu sekaligus men-support saya dan Farel.
Keberatan nggak lagunya dipakai orang dan berhasil?
Sama sekali tidak. Saya justru berterima kasih karena lagu itu didengarkan seluruh rakyat Indonesia. Saya senang gotong royong. Kalau nggak ada cover, lagu saya nggak akan tersebar luas.
Sudah ketemu Farel lagi?
Belum. Memang belum ada komunikasi karena kemarin pas dia di Istana Negara, kebetulan saya juga ada acara di Purwokerto.
Apa harapan Abah untuk musisi-musisi lokal?
Ke depan, semoga pemerintah bisa memberikan kesempatan bagi para pencipta lagu. Khususnya lagu Jawa, biar go international. Saya punya pikiran kalau lagu Jawa dinyanyikan di Amerika kan lucu ya. Hehehe…
Credit: Source link