JawaPos.com – Bank Indonesia (BI) terus mendorong pemulihan nasional melalui berbagai kebijakan untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku, ada dua jamu manis yang diberikan bank sentral untuk perekonomian.
“Jamu manis, pokoknya jamu manis BI di tahun ini,” ujarnya dalam acara Early Year Forum 2021, Jumat (22/1).
Perry memaparkan, ramuan jamu manis pertama adalah mempertahankan suku bunga acuan di level yang tetap rendah yakni 3,75 persen. Kemudian ramuan kedua adalah likuiditas yang tetap longgar.
Perry mengungkapkan, pihaknya bakal tetap mempertahankan kebijakan tersebut hingga terdapat tanda-tanda adanya tekanan inflasi di tahun ini. Seperti diketahui, sepanjang 2020 inflasi sebesar 1,68 persen atau terendah sepanjang sejarah Indonesia. Selain itu, BI juga telah melakukan injeksi likuiditas.
“Kami pertahankan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi. Itu jamu manis yang kami lakukan,” tuturnya.
Baca Juga: Jokowi: Komentar Injak Gas Dan Rem Mudah, Tapi Praktiknya Sulit
Seperti diketahui, BI telah menahan bunga acuan di level 3,75 persen. Keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas eksternal yang terjaga.
Untuk likuiditas, BI telah mengguyur likuiditas (quantitative easing) ke perbankan sebesar Rp 726,57 triliun selama 2020.
Sementara itu, injeksi likuiditas itu terdiri dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar Rp 155 triliun dan ekspansi moneter bank sentral Rp 555,77 triliun. Bahkan di awal tahun ini, BI telah menginjeksi likuiditas ke perbankan dengan melakukan ekspansi moneter sekitar Rp 7,44 triliun hingga 19 Januari 2021.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link